Wednesday, 27 April 2016

Kekudusan adalah Bukti Ketuhanan Yesus

Nats : Yohanes 8 : 46

Sejak zaman dahulu, masalah ketuhanan Yesus memang merupakan sebuah topik perdebatan yang panjang dan seru bagi kelompok yang setuju bahwa Yesus adalah Tuhan dan kelompok penentangnya. Kaum penentang rata-rata berargumen bahwa Yesus tak pernah menyatakan diriNya sebagai Tuhan, namun ternyata Alkitab mencatat bahwa Yesus pernah menyatakan diriNya secara pribadi sebagai Tuhan (Lihat Menjawab Ketuhanan Yesus).

Namun apa yang ada dalam Yohanes 13 :13 soal pernyataan pribadi Yesus mengenai ketuhananNya lebih diperkuat dalam Kitab Yohanes 8 ayat 46  yang berbunyi, “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?” ini. Mengapa dikatakan menguatkan, karena melalui ayat ini sebenarnya Yesus secara tidak langsung telah menjelaskan bahwa diriNya benar-benar Tuhan yang hadir ke dunia.


Anda pasti bertanya-tanya, mengapa saya berani mengatakan bahwa secara tidak langsung Yesus menyatakan diriNya sebagai Tuhan berdasarkan ayat ini?

Sebelum kita membahas soal ketuhanan Yesus dalam konteks ini, alangkah baiknya kita kembali dulu kepada konsep ketuhanan yang dianut oleh bangsa Israel dan diikuti oleh kepercayaan apapun di dunia hingga saat ini. Kalau bicara soal konsep ketuhanan versi Israel, tentu kita akan menggunakan Perjanjian Lama sebagai dasarnya.

Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel punya keyakinan bahwa YHWH, Allah yang mereka sembah adalah Allah yang Kudus. Maka atribut Allah yang paling utama dan tak dimiliki oleh manusia termasuk para nabi adalah masalah kekudusan atau kesucian. Tak ada yang menyangkal bahwa atribut ini hanya milik Allah. Itu sebabnya untuk menyebut nama Allah yang kudus saja, bangsa Israel tidak berani sehingga mereka memanggil YHWH yang mereka sembah dengan sebutan Andonai (Tuan).

Berikut ini beberapa kitab Perjanjian Lama yang menggambarkan kekudusan yang merupakan atribut paling penting dari Allah. Misalnya kitab Yesaya 6:3  yang berbunyi, “Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"
Masih dari kitab yang sama yakni Yesaya 59 : 2 yang berbunyi “tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”

Kitab Habakuk 1 :12 juga bicara soal kekudusan Allah, bunyinya adalah, “Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa.”

Selain itu ada kitab Imamat 20:26 yang berbunyi “Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku”. Dan masih banyak lagi kitab lain yang bicara soal kekudusan Allah.

Dalam Perjanjian Lama, kata “kudus” diambil dari bahasa Ibrani Qadosy/Qadosh/Kadosh, sementara dalam Perjanjian Baru kata “kudus” menggunakan istilah Yunani, Hagios. Artinya kurang lebih 'terpisah' (dikhususkan) atau 'terpotong dari' atau juga kudus itu berarti bersih, suci, dan bebas dari segala bentuk kecemaran.

Berdasarkan uraian mengenai asal katanya, kita bisa memastikan bahwa mengapa Allah dikatakan kudus karena Dia memang tak sama dengan manusia. Allah itu kudus, artinya, Allah itu bersih dari segala bentuk kejahatan. Dia sungguh-sungguh suci dan tak tercemar oleh dosa.

Setelah kita mengerti bahwa prinsip dasar bangsa Israel menyebah YHWH, karena Dia adalah kudus, barulah konsep itu kita terapkan dalam Yohanes 8 : 46 tadi. Dalam ayat ini Yesus berani mengklaim bahwa diriNya tak berdosa, bahwa diriNya tak bercacat cela. Yesus itu Qadosh dalam versi Perjanjian Lama dan Yesus itu Hagios dalam versi Perjanjian Baru.

Tak ada yang bisa menyangkal itu, termasuk orang-orang Farisi, penguasa Romawi macam Pontius Pilatus. Bahkan Pontius Pilatus dengan tegas menyatakan dia tidak melihat kesalahan dalam diri Yesus. Begitu juga dengan kaum muslim, yang menentang ketuhanan Yesus, mereka pun mengakui kekudusan Isa Al Masih atau Yesus Kristus. Tak ada yang berani mengatakan bahwa Yesus itu pernah melakukan sebuah dosa saja.

Dari uraian di atas sudah jelas bahwa Yesus dilukiskan sempurna dalam kekudusanNya. Kita tahu tak ada manusia yang tidak melakukan dosa, atau sesuci-sucinya manusia paling tidak dia tercemar oleh dosa Adam dan Hawa, tapi Yesus tidak berdosa. Bahkan bukan saja tidak melakukan dosa, Dia malah sanggup mengampuni orang yang berdosa. Jangankan mengampuni dosa, tidak melakukan dosa saja manusia tidak mampu. Ayat-ayat Perjanjian Lama di atas jelas menggambarkan bahwa hanya Allah yang kudus, bukan manusia. Manusia tak ada yang kudus.

Masih kurang yakin, beberapa ayat Perjanjian Baru juga dengan jelas menyikapi kekudusan Yesus. Selain Yohanes 8 : 64 ini, ada banyak lagi ayat yang menggambarkan kekudusan Yesus. Sebut saja 2 Korintus 5:21 yang berbunyi, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya di dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.“

Atau Ibrani 4:15 yang berbunyi “Sebab Imam Besar (Yesus –Red)  yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia (Yesus) telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Atau kita bisa baca dalam I Petrus 2:22 yang berbunyi, “Ia (Yesus –Red) tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya”.

Kesimpulannya sangat jelas, karena Yesus tidak berdosa dan bercacat cela, maka Yesus adalah Allah sendiri. Dia adalah Tuhan yang patut kita sembah karena Dia kudus. Yesus punya atribut khusus yang layak disebut Allah. Tuhan Yesus Memberkati. (TW)

1 comment:

Denis Desmanto said...

Shalom untuk bapak, ibu, saudara/i semua. Mari kita bersama-sama belajar membaca Shema Yisrael yang pernah dikutip oleh Yesus ( nama IbraniNya Yeshua/ ישוע ) di dalam Injil, yang dapat kita lihat di Markus 12 : 28 yang berasal dari Ulangan 6 : 4. Kalimat Shema Yisrael ini biasa diucapkan oleh orang Yahudi dalam setiap ibadah untuk mengungkapkan iman kepada satu Tuhan yang berdaulat dalam kehidupan mereka dan pada awalnya pun orang-orang yang percaya kepada Yesus dari bangsa-bangsa bukan Yahudi juga ikut serta dalam ibadah orang Yahudi di sinagoga.

Tanpa bermaksud untuk menyangkali keberadaan Bapa, Anak dan Roh Kudus yang juga telah berulangkali diungkapkan dalam Perjanjian Baru, berikut ini Shema Yisrael dengan huruf Ibrani dan cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa yang ada

Huruf Ibrani, "שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד "

Cara membacanya, " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad "

Dilanjutkan dengan mengucap berkat

Huruf Ibrani, " בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד "

Cara membacanya, " Barukh Shem kevod, malkuto le'olam va'ed "

( Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selama-lamanya )

🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐍₪🇮🇱