Wednesday, 13 April 2016

Mencari Kerajaan Tuhan Tanpa Syarat

Nats : Matius 6 :33

Ayat yang berbunyi, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” adalah sebuah ayat popular yang sering sekali dikotbahkan. Ada banyak sekali sudut pandang si pengkotbah dalam menafsirkan ayat ini.  

Namun sebagian besar pengkotbah mengajarkan bahwa ayat ini mengupas bagaimana Tuhan meminta kita mengutamakan Dia terlebih dahulu dalam hidup kita, baru semua “keperluan” kita akan ditambahkan.


Berdasarkan uraian itu, kita terkadang kemudian menafsirkan ayat ini dengan pikiran kita sendiri dan bukan dengan pikiran Tuhan. Kita merasa bahwa kalau kita datang kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka hidup kita akan menjadi kaya, sukses, melimpah. Atau paling tidak segala kebutuhan kita akan tercukupi.

Memang semua konsep itu tidak salah. Karena memang itu janji Tuhan pada kita. Yang jadi masalah adalah cara mengukur sebuah kesungguhan dalam mencari Tuhan. Kita sering menganggap dengan pelayanan di gereja, menolong orang lain dan sebagainya itu, berarti kita sudah melakukan apa yang Tuhan inginkan. Dan celakanya, kita kemudian merasa berhak untuk menerima janji Tuhan sesuai Matius 6:33, “maka  semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” 

Kalau kita berpikir seperti itu, begitu kita mengalami ujian/masalah apalagi yang menyangkut soal materi… pasti kita akan berpikir “Mana janji Tuhan?”, “Katanya kalau sudah mencari Kerajaan Allah dan kebenaran, maka semuanya akan ditambahkan” atau “Saya sudah melayani Tuhan, bukannya berkatnya bertambah tapi malah masalah yang bertambah banyak!”

Kalau kita sudah berpikiran seperti itu, maka perlahan namun pasti kita akan mengalami kecewa, dan yang lebih fatal lagi bisa meninggalkan Tuhan Yesus sebagai juruselamat kita. Kita berpikir untuk apalagi melayani Dia, karena toh, Tuhan tidak menepati janjiNya, Tuhan sudah ingkar.

Dalam sebuah kesempatan, Roh Kudus memberikan kepada saya sebuah hikmat dalam memaknai ayat di atas. Roh Kudus menyatakan bahwa kalau pikiran kita masih seperti yang tertuang di atas, maka semua yang kita lakukan untuk mencari Kerajaan Tuhan masih dengan syarat, masih pakai “embel-embel”. Kita tidak melakukannya dengan tulus. Tanpa kita sadari kita telah memerintah Tuhan untuk mengikuti cara pikir kita.

Dengan berpikir demikian kita seolah-olah bicara pada Tuhan seperti seorang anak kecil, “Oke Tuhan, aku akan melakukan apa yang Tuhan mau, tapi jangan lupa janji Tuhan ya!” atau bisa juga kita bilang, “Iya aku cari Kerajaan Tuhan, tapi jangan lupa berkati aku!”

Padahal seharusnya kita hanya melakukan sesuai ayat yang menjadi bagian kita yaitu “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya” titik. Masalah koma dan seterusnya yakni “semua akan ditambahkan kepadamu” adalah urusan Tuhan, itu adalah haknya Tuhan. Bukan urusan kita sebagai ciptaanNya. Kalau kita bandingkan dengan kisah “upah pekerja kebun anggur” dalam Matius 20:1-16 bahwa orang upahan tak bisa protes tentang bagaimana cara pemilik kebun memberi upah, tentu kita akan menyadari itu. 

Kalau kita sudah mengubah cara berpikir kita tentang ayat ini, tentu kita tak akan kecewa, marah atau gelisah ketika banyak masalah/ujian yang harus kita lewati. Tuhan adalah Penguasa Surga dan Bumi, Dia pemilik dari segalanya, maka Dia berhak melakukan apapun dalam hidup kita.

Seperti yang dikatakan Pengkotbah 3 : 11 bahwa, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”

Jadi biarlah urusan memberkati tetap menjadi hak Tuhan. Selamat melayani. Tuhan Yesus Memberkati! (Rita Astuti)

No comments: