Nats : Hakim-hakim 6 : 1 – 40
Akhir-akhir ini kita merasa dunia ini semakin kejam. Hal ini tentu membuat kita kian takut untuk menghadapi hari esok. Lihat saja ada orang yang rela memfitnah orang lain hanya demi mendapatkan sebuah jabatan, atau ada orang yang rela mengorbankan keluarganya hanya demi uang. Bahkan ada orang yang rela membunuh hanya demi ratusan ribu rupiah.
Bagaimana dengan kita sebagai orang-orang pilihan Tuhan dalam menghadapi persoalan dunia yang kian menakutkan ini? Apakah kita juga harus larut dalam perasaan takut seperti yang dirasakan orang-orang di sekitar kita?
Ada banyak orang yang menyatakan selama kita jadi manusia, perasaan takut itu wajar. Selama kita jadi manusia merasa cemas itu tak berlebihan. Tapi yang jadi masalah sampai kapan kita harus merasa cemas? Sampai kapan kita terus dihantui oleh rasa takut kita?
Bacaan kita dalam Kitab Hakim-hakim 6 : 1 – 40 ini mungkin bisa dijadikan sebuah pelajaran berharga bagi kita. Dalam kisah ini, digambarkan bagaimana seorang Gideon yang “pengecut” dipakai Tuhan secara luar biasa untuk membebaskan bangsa Israel dari penindasan. Jangankan punya keberanian menghadapi musuh, untuk kerja saja Gideon harus sembunyi-sembunyi supaya bisa menghindar dari orang Midian (ayat 11).
Lalu bagaimana dengan kita sebagai Israel-israel baru? Bukankah kita juga sering merespon Tuhan dengan cara takut seperti Gideon merespon Tuhan pada awalnya. Kita sering khawatir dengan hari esok yang akan kita hadapi. Kita kadang tak pernah bisa mempercayai Tuhan 100%. Setiap hari yang ada dipikiran kita cuma takut, takut dan takut. Khawatir, khawatir dan khawatir. Sehingga hidup kita jadi mirip seperti suara kereta api uap yang bunyinya, “Susah…. Susah du….it! Susah ….. susah du…it!”.
Kembali ke kisah Gideon, kalau kita cermati kisah ini, Tuhan seperti ingin menunjukkan cara berpikirNya sangat berbeda dengan cara pikir kita sebagai manusia. Kalau cara pikir kita, tentu kita akan pilih orang yang terkuat untuk memimpin bangsa Israel menghadapi musuh. Kalau cara pikir kita, kita tentu akan mengambil orang paling berani, orang yang punya massa banyak atau paling tidak orang yang punya harta banyak untuk jadi pemimpin.
Namun sekali lagi, kita bisa belajar bahwa cara pikir Tuhan sangat berbeda dengan cara pikir kita. Pola pikir Tuhan terkadang tak pernah bisa masuk dalam akal sehat kita. Bayangkan, Tuhan malah pilih Gideon, “si pengecut”. Kalau kita lihat penuturan Gideon sendiri, dia terlihat minder dengan posisinya yang berasal dari kaum terkecil dari suku Manasye. Bahkan dia adalah yang termuda dari antara keluarganya.
Jadi bagaimana mungkin mampu menghadapi bangsa Midian yang gagah, sementara untuk bekerja saja dia harus bersembunyi? Jadi bagaimana mungkin melawan musuh karena ketika dipilih saja dia sudah minder? Mustahil orang yang seperti ini bisa memimpin bangsa Israel dari penindasan.
Tapi di sinilah Tuhan sekali lagi ingin membuktikan kepada bangsa Israel yang kurang percaya bahwa Allah mereka sanggup mengubahkan apa pun. Dia mau menunjukkan “tanggung jawabNya” yang besar kepada umat pilihanNya. Dia bukan Allah yang tak bertanggung jawab ketika menempatkan Gideon sebagai “orang pilihan”, karena Dia tak pernah meninggalkan Gideon seorang diri.
Bahkan janjiNya terhadap bangsa Israel yang berbunyi “Janganlah takut kepada mereka, sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berperang untukmu” seperti yang tertuang dalam Ulangan 3 : 23, benar-benar Dia lakukan.
Bayangkan, Tuhan tidak menyediakan berlaksa-laksa pasukan untuk membantu Gideon berperang melawan bangsa Midian. Tuhan hanya kasih Gideon 300 orang prajurit, sebuah jumlah yang kecil untuk menghadapi bangsa yang ganas seperti Midian. Tapi yang lebih mengherankan 300 prajurit ini pun nggak pernah disuruh berperang, bagian mereka cuma disuruh meniup sangkakala (Lihat Hakim-hakim 7 : 20).
Sedangkan bagian Tuhan adalah membuat bangsa Midian berserak di hadapan Gideon, membuat bangsa Midian kocar-kacir, bahkan Tuhan membuat bangsa Midian saling bunuh. Semua itu Tuhan lakukan karena Gideon percaya dengan apa yang Tuhan janjikan.
Jadi sekarang masihah kita ragu dengan cara kerja Tuhan? Masihkah kita mau mengandalkan kemampuan kita yang tak seberapa ini untuk mengatasi semua persoalan kita? Atau kita mau memilih menyerahkan segala pergumulan, masalah dan keuangan kita ke tanganNya?
Semua pilihan ada di tangan kita. Kita mau memilih berperang sendiri menghadapi masalah atau kita membiarkan Tuhan berperang untuk kita. Tuhan Yesus Memberkati. (TW)
No comments:
Post a Comment