Nats :
Yohanes 14 : 6
Bicara soal
surga, ada banyak orang yang begitu fasih mengungkapkan tentang surga. Ada yang
bicara soal keindahannya, dan ada yang bicara soal kesempurnaan di sana. Ada
yang bicara soal betapa mulianya tempat itu. Karena begitu luar biasanya surga,
maka ada banyak agama yang mengajarkan manusia untuk bisa menuju surga.
Ada yang
mengajarkan kita untuk berbuat amal sebanyak-banyaknya. Dalilnya di surga nanti
akan ditimbang antara amal dan dosa kita. Kalau amalnya lebih banyak maka kita
akan masuk surga, sementara kalau dosanya lebih banyak kita akan masuk
neraka. Tapi yang jadi pertanyaan,
bagaimana kalau antara dosa dan pahalanya seimbang? Orang ini akan masuk ke
mana, surga atau neraka? Tak ada kepastian soal itu.
Ada juga ajaran
yang berpendapat neraka tidak ada, adanya hanya surga. Akibatnya yang tidak
masuk surga akan tetap di dunia. Terus berinkarnasi sampai dia layak masuk
surga. Masalahnya kemudian sampai kapan? Juga tak ada penjelasan yang pasti.
Agak bingung
juga menjelaskan persoalan jalan masuk surga ini. Bahkan dalam beberapa
perbincangan, masalah cara masuk dalam Kerajaan Surga ini bisa jadi sebuah
polemik yang panjang dan melelahkan.
Kalau sudah
demikian, adakah jalan yang lebih pasti untuk menuju Kerajaan Surga? Untuk pertanyaan
ini, saya jawab ada. Jalan yang pasti itu ada dalam bahan bacaan kita, Yohanes
14 : 6 yang berbunyi, “kata Yesus kepadanya, Akulah jalan kebenaran dan hidup.
Tidak seorang pun datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Jawaban ini
diberikan Yesus kepada muridNya Thomas yang masih tidak percaya meskipun sudah
beberapa tahun ikut dengan Yesus. Dalam
kisah ini, Yesus ingin menjelaskan bahwa diriNya adalah “jalan” itu.
Mengapa
Yesus menyatakan diriNya sebagai “jalan”, sebagai “kebenaran” dan juga “hidup”?
Hal ini dilakukan karena Yesus ini menjawab tiga hal paling penting dalam
tradisi Yahudi. Dalam tradisi bangsa Israel, masalah “jalan, kebenaran dan
kehidupan” adalah sebuah persoalan hakiki yang harus terpenuhi. Bangsa Yahudi
merasa betapa pentingnya fungsi sebuah “jalan”. Bagi kaum Yahudi, makna jalan
adalah sebuah petunjuk menuju arah yang benar, yang ujung-ujungnya mencapai kehidupan
kekal.
Betapa
pentingnya makna “jalan” ini, sehingga kita bisa dengan mudah menemukan
beberapa ayat dalam Perjanjian Lama yang memakai kata “jalan” sebagai landasan.
Seperti
dalam kitab Ulangan 5 : 32-33 yang berbunyi, “Maka lakukanlah semuanya itu
dengan setia, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Jangan
menyimpang ke kanan atau ke kiri. Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu
oleh Tuhan, Allahmu, haruslah kamu jalani, supaya kamu hidup, dan baik
keadaanmu, serta lanjut umurmu di negeri yang akan kamu duduki”.
Atau dalam
Kitab Mazmur 27 : 11 yang berbunyi “Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN
dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku.” Dalam dua ayat ini jelas, konsep “jalan” sangatlah
penting bagi kaum Yahudi dan terus dipertahankan hingga hari ini.
Konsep ini juga
yang diyakini oleh murid-murid Yesus, yang kemudian dikenal sebagai umat
Kristen. Dan yang menarik, konsep tentang “jalan” ini juga melekat di kalangan kaum
lain termasuk kaum muslim. Bahkan mereka pun mengungkapkan sosok Yesus atau Isa
Almasih sebagai “jalan yang lurus” atau “jalan yang benar”.
Sedangkan kata
kebenaran dalam bahasa Yunani yang dipakai dalam kalimat ini adalah “Alethea”
yang berarti sebuah kebenaran yang sangat benar alias kebenaran yang hakiki.
Yesus ingin menggambarkan bahwa diriNya yang adalah kebenaran di atas segala
kebenaran. Sehingga Yesus tak akan pernah
berdusta, karena Dialah sang kebenaran itu sendiri. Kebenaran untuk apa?
Kebenaran menuju kehidupan kekal di surga.
Apa buktinya? Tak ada satu orang nabi pun di
dunia yang berani mengklaim bahwa seseorang bisa masuk Kerajaan Surga jika
tidak melalui dirinya. Semua nabi yang pernah ada hanya mengajarkan hidup
benar, hidup kudus, taati perintah Tuhan dan sebagainya. Tapi mereka tak berani
mengklaim kalau ikut mereka, kita pasti diselamatkan.
Mengapa para
nabi tak berani mengklaim “keselamatan” atau “hidup yang kekal” itu? Yak arena mereka
bukan Tuhan, mereka hanya manusia biasa sama seperti kita. Hanya Tuhan yang
berani mengklaim sebuah “jalan keselamatan” untuk menuju Kerajaan Surga.
Tapi Yesus berani mengklaim bahwa siapa saja
yang bersedia mengakui diriNya sebagai Tuhan dan juruselamat, maka Dia menjamin
semua orang bisa bertemu Bapa (Tuhan). Tempat Bapa ada di mana? Tempat Bapa ada
di Surga. Jadi logikanya, siapa yang bisa menjamin seseorang bisa bertemu
dengan Tuhan, selain Tuhan sendiri. (Baca ulasan tentang Yesus Kristus adalah Allah Bapa).
Lalu timbul
pertanyaan, jadi hanya umat Kristen saja dong yang bisa masuk Kerajaan Surga?
Mohon maaf, saya harus katakan tidak. Semua orang di dunia punya hak yang sama
untuk masuk Kerajaan Surga. Karena Yesus memang datang tak membawa agama. Dia
datang membawa “kabar baik” bagi semua manusia.
Sekali lagi
ingat, ayat ini tak melulu bicara soal keselamatan bagi orang-orang Kristen.
Ayat ini bicara soal keselamatan dunia. Ayat ini bicara soal kasih karunia
Tuhan kepada umatNya. Karena Yesus datang bukan untuk menyelamatkan orang yang
kudus, tapi Dia justru datang bagi orang berdosa. Orang non-kristen pun saya
yakini bisa masuk dalam Kerajaan Surga, asalkan mereka mau mengakui Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Tuhan Yesus Memberkati. (TW)
1 comment:
Yesus memang baik
Post a Comment