Sunday, 15 May 2016

Mengapa Yesus Harus Disalib?

Nats : Galatia 3 : 13

Mengapa Yesus harus mati di kayu salib? Mengapa Dia tidak mati dengan cara yang lain? Apakah Alkitab bisa menjelaskan mengapa Yesus harus mati dengan cara seperti itu?

Pertanyaan-pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat menarik tak hanya bagi kita orang Kristen, tapi juga bagi sebagian orang di luar Kristen. Sebab diakui atau tidak, di kalangan orang non-kristen, Yesus Kristus dikatakan tidak tidak pernah mati di kayu salib atau bahkan ada yang mengatakan bahwa Yesus sama sekali tak pernah mati. Bukan Yesus yang mati di kayu salib, tapi Yudas Iskariot yang mati karena orang Yahudi tak mengenalinya.


Memang sejak zaman Yesus masih ada di dunia, yang namanya orang Yahudi banyak yang tidak percaya atau mereka sengaja mengungkapkan bukti palsu bahwa Yesus tidak mati. Dia hanya sekarat dan kemudian disembuhkan oleh murid-muridNya. Atau ada juga yang bilang Yesus mati, namun Yesus tidak bangkit, tapi mayatNya dicuri para murid.

Dalil-dalil yang membantah soal kematian dan kebangkitan Yesus ini memang banyak tersebar luas, tapi anehnya ada banyak sejarahwan Yahudi yang non-kristen malah mengakui soal penyaliban Yesus yang melibatkan Pontius Pilatus. Bahkan banyak catatan Romawi yang mengatakan tentang adanya seseorang di masa kepemimpinan Pontius Pilatus yang dihukum mati dengan cara yang begitu kejam.

Dalil soal mayat Yesus dicuri juga sangatlah mustahil, karena sebagai orang yang dianggap penting, kuburan Yesus pasti dijagai oleh tentara Romawi atas permintaan para imam. Kalau dikatakan mayatnya dicuri oleh para murid mustahil, karena sampai dengan Yesus menyambangi mereka, para murid tetap dalam posisi ketakutan. Lihat saja Petrus sampai menyangkali Yesus 3 kali (Lihat Yohanes 18 : 25-27)

Lalu bagaimana dengan argumentasi soal tertukarnya Yesus dengan Yudas Iskariot? Bagi saya, kasus tertukarnya Yesus dan Yudas adalah mustahil, mengingat Yudas tercatat mengembalikan uang hasil menjual Yesus pada para imam. Itu sebabnya, ada tempat yang dinamakan “Hakal Damah atau Tanah Darah” (lihat Matius 27 : 8 dan KIS 1 : 19)  karena para imam tak mau menerima uang yang dikembalikan Yudas dan membelikan tanah itu. Sementara Yudas sendiri mati bunuh diri karena penyesalannya.

Lagi pula apakah kita menganggap para imam Yahudi dan pejabat Romawi yang berkuasa saat itu demikian bodoh, sehingga mereka tidak mengenali informannya sendiri? Lalu kepada siapa mereka memberikan uang? Apa mungkin karena tertukar mereka memberikan uang itu pada Yesus? Mustahil bukan? Jadi dalil tentang tertukarnya Yesus dan Yudas jelas tak mungkin. Jadi ini membuktikan bahwa Yesus benar-benar disalibkan.

Sekarang kita kembali akan membahas soal mengapa Yesus harus datang ke dunia dan mati di atas kayu salib? Jawabannya karena dosa manusia tak mungkin ditebus oleh manusia itu sendiri. Logikanya kalau kita melakukan kesalahan terhadap orang lain, mana mungkin kita mengampuni diri kita atas kesalahan yang kita lakukan terhadap orang lain, kecuali mendapat pengampunan langsung dari orang yang kita sakiti. Pastilah hanya orang itu yang bisa mengampuni kesalahan kita.

Jadi karena dosa adalah pelanggaran terhadap perintah Tuhan, hanya Tuhanlah yang bisa mengampuni manusia. Meskipun sejak zaman dahulu hingga kini, orang Israel dan para penganut hukum Taurat masih melakukan pengorbanan kambing atau domba untuk menebus dosa dan kesalahan mereka kepada Tuhan seperti yang digambarkan dalam Perjanjian Lama (penebusan oleh darah binatang ini sering disebut dengan Paskah).

Masalahnya, domba tak memiliki derajat yang sama dengan manusia, domba hanya hewan yang bukan ciptaan Tuhan yang paling mulia seperti manusia. Mana mungkin kita menghilangkan nyawa orang kemudian menggantinya dengan nyawa domba. Itu sebabnya, domba atau kambing tak layak untuk penebusan dosa manusia. Maka Tuhan kemudian harus menjelma menjadi manusia agar Dia bisa menebus dosa manusia secara sempurna. Karena seperti yang saya bilang tadi, manusia pribadi tak akan mampu menebus dosanya sendiri.

Maka Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Caranya Dia menjadi manusia dan dengan demikian Yesus bisa mati sebagai manusia, untuk menebus dosa manusia. Dengan mati sebagai manusia, Yesus telah menebus dosa manusia dan secara tidak langsung juga sudah mengalahkan kerja si iblis (Lihat Matius 20 : 28, KIS 4 : 10-12  dan Ibrani 2 :14).

Tapi sekali lagi, mengapa kematianNya harus di kayu salib? Ini menarik, dalam Galatia 3 : 13 disebutkan bahwa “Kristus telah menebus kita dari hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis : “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”

Atau di kitab Kolose  1: 19-20 yang menyatakan bahwa “Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu denganNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan perdamaian oleh darah salib Kristus.” Jadi jelas bahwa Yesus memang harus mati dan mencurahkan darahNya di atas kayu salib.

Namun orang skeptis tetap saja menolak uraian dalam kitab Galatia 3 : 13 dan Kolose  1: 19-20 ini, dengan dalih kalimat “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” atau “Ia mengadakan perdamaian oleh darah salib Kristus” hanya muncul dari ucapan Rasul Paulus. Jadi kematian Yesus di atas kayu salib ini hanya “direkayasa” oleh Paulus agar Yesus nantinya dianggap sebagai Tuhan.

Bagaimana Alkitab menjawab argumen kaum skeptis ini? Ternyata soal kematian Yesus ini bukan cuma diungkapkan dalam Perjanjian Baru, dalam hal ini didengung-dengungkan oleh Paulus dan murid-murid Yesus saja. Karena ternyata Nabi Yesaya yang datang ratusan tahun sebelum Yesus juga telah menyatakan bahwa akan ada seseorang yang tertikam, diremukkan karena pemberontakan manusia terhadap Allah dan orang itu adalah Yesus yang digenapi dalam Perjanjian Baru (Lihat Yesaya 53 : 5 dst).


Lalu apakah kata-kata “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” memang merupakan rekayasa Paulus atau murid-murid Yesus sebagai bentuk pembenaran bahwa Yesus harus mati di kayu salib? Ternyata tidak.

Kalau kita melihat tradisi kaum Yahudi, mereka beranggapan bahwa kematian di kayu salib memanglah kematian yang terhina. Tradisi salib sendiri ternyata sudah ada sejak zamannya Musa. Kita bisa lihat dalam Kitab Keluaran, (yang diyakini banyak ahli merupakan kitab yang ditulis zaman Musa), penyaliban ini memang sudah jadi tradisi. Kalau kita lihat Kitab Keluaran 21 : 22-23 jelas diungkapkan bahwa seorang yang mati digantung adalah orang terkutuk. Jadi di sini jelas bahwa Paulus hanya menegaskan ayat yang ada dalam Perjanjian Lama sebagai dasar ajarannya dan itu bukan kalimat yang dibuat Paulus.

Namun yang pasti, inti dari kematian Yesus lewat karya kayu salib merupakan bukti bahwa ketika Allah bekerja, Dia tak pernah setengah-setengah seperti kita. Dia selalu bekerja sepenuh hati, ini dapat kita lihat dengan cara Dia datang yang juga tak kalah ekstrim, yakni lahir di kandang domba. Bayangkan pemilik Kerajaan Surga, lahir di kandang domba. Nah, kalau kedatanganNya saja demikian ekstrim, mengapa juga Yesus harus setengah-setengah dalam penebusan terhadap dosa manusia? Toh Dia akan segera menyelesaikan karyaNya di bumi, maka pasti dia akan all out, Dia tak akan setengah hati untuk menebus manusia dari dosa.

Apa cara penebusan yang paling ekstrim? Karena tradisi Yahudi memandang penyaliban adalah cara paling ekstrim itulah, maka Yesus pun mati dengan cara seperti itu. Yesus mati bukan karena Dia lemah, Yesus mati justru untuk menggenapi seluruh rencana penyelamatan Allah. Yesus mati karena Yesus ingin  membuktikan betapa besar kasih Allah pada manusia. Tuhan Yesus Memberkati. (TW)

2 comments:

Unknown said...

Apakah iblis suka, senang, ingin jika manusia tertebus dosanya ???
Tentu secara nalar adalah TIDAK SUKA ,TIDAK INGIN !!!!
Anehnya Iblis masuk ke Yudas hingga penebusan dosa terlaksana. Siapa yg bodoh ? Ibliskah ? Atau manusia yang menikmati hasil kerja Iblis tapi mendeklarasikan pengikut Yesus.Penyaliban terjadi karena rekayasa Iblis, silahkan buka mat 22:3
Kemudian Iblis masuk ke Yudas dst.....jadi siapa saja yg menginginkan Yesus disalib, siapa saja yang menikmati hasil penyaliban yesus adalah sepihak dengan keinginan Iblis. Bersiaplah kalian semua dihakimi Yesus.

Unknown said...

Apakah iblis suka, senang, ingin jika manusia tertebus dosanya ???
Tentu secara nalar adalah TIDAK SUKA ,TIDAK INGIN !!!!
Anehnya Iblis masuk ke Yudas hingga penebusan dosa terlaksana. Siapa yg bodoh ? Ibliskah ? Atau manusia yang menikmati hasil kerja Iblis tapi mendeklarasikan pengikut Yesus.Penyaliban terjadi karena rekayasa Iblis, silahkan buka mat 22:3
Kemudian Iblis masuk ke Yudas dst.....jadi siapa saja yg menginginkan Yesus disalib, siapa saja yang menikmati hasil penyaliban yesus adalah sepihak dengan keinginan Iblis. Bersiaplah kalian semua dihakimi Yesus.