Sunday, 10 July 2016

Kasih Karunia Tuhan Itu Gratis


Nats : Kejadian 6 : 8
Ketika sekolah minggu dulu, saya sering mendengar tentang kisah Nuh yang luar biasa. Dia diakui oleh banyak orang sebagai orang yang sangat patuh kepada Tuhan, sehingga meskipun dia mendapat cercaan sebagai “orang gila” karena mematuhi Tuhan dalam membangun sebuah bahtera di atas gunung dia tetap lakukan. Karena itulah kemudian Nuh diselamatkan Tuhan dari air bah yang dasyat, begitu biasa guru sekolah minggu saya ketika bercerita soal Nuh.

Tapi ketika saya beranjak dewasa, saya mulai mendapatkan “sesuatu yang berbeda” dari yang saya dapatkan ketika duduk di bangku sekolah minggu. Karena ketika kita renungkan apakah benar Nuh selamat akibat ketaatannya kepada Tuhan? Kalau kita baca pada Kejadian 6 : 8 ini, ternyata Nuh selamat bukan karena perbuatannya, melainkan karena kasih karunia Tuhan. Dia dapat “kasih karunia” dulu, baru dia dikatakan taat dan mematuhi semua perintah Tuhan pada ayat-ayat sesudahnya.
Sebelum lebih jauh membicarakan apakah benar kasih karunialah yang menyelamatkan Nuh dan bukan ketaatannya, ada baiknya kita satukan dulu persepsi kita soal apa arti “kasih karunia” atau grace dalam bahasa Inggris. Bagi saya yang namanya kasih karunia adalah segala sesuatu yang tidak layak kita dapatkan tapi kita bisa menerimanya. Contohnya yang paling ekstrim adalah keselamatan yang datang dari Yesus Kristus.
Semua orang pastilah tahu bahwa kali pertama manusia jatuh dalam dosa ada dalam kitab Kejadian 3 (lihat tulisan saya tentang Belajar dari Kejatuhan Adam). Dalam kitab ini jelas-jelas manusia Adam dan Hawa yang sudah melakukan kesalahan besar, masih saja tak mau disalahkan. Mereka berdua saling lempar kesalahan baik kepada Hawa maupun kepada ular. Bahkan lebih parah lagi, yang namanya Adam malah menyalahkan Tuhan yang telah menciptakan Hawa baginya. Di sini kita lihat bagaimana kurang ajarnya manusia kepada penciptanya.
Tapi lihat, betapa kurang ajarnya manusia kepada diriNya, Tuhan masih saja menunjukkan kasih karuniaNya kepada manusia. Tuhan sendiri yang berinisiatif menyelamatkan manusia. Coba kita lihat dalam Kejadian 3 : 15, Dia malah menjanjikan kehadiran Anak Manusia yang akan “memberikan pertolongan” kepada umat manusia. Dia menjanjikan juruselamat yakni Yesus Kristus di atas kayu salib. Itu janjiNya dalam jangka panjang.
Lalu bagaimana dengan janji dalam jangka pendek? Tuhan juga yang berinisiatif menutupi ketelanjangan manusia dengan cara membuatkan pakaian dari kulit binatang. Ingat bukan manusia yang punya inisiatif menutupi malunya, tapi Tuhan yang punya inisiatif.
Kembali ke soal Nuh tadi, menurut saya, selayak-layaknya Nuh sebagai seorang manusia, dia pasti tidak layak di hadapan Tuhan. Kejadian 6 : 5 yang berbunyi “Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata” seperti ingin menunjukkan kepada kita bahwa sebaik apapun seorang manusia, apa yang dilakukannya semata-mata hanyalah “membuahkan kejahatan”. Itu artinya apa? Artinya sehebat apapun kita, kita tidak akan pernah layak di hadapan Tuhan.
Lalu bagaimana kita bisa layak di hadapan Tuhan? Satu-satunya cara ya dengan mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat umat manusia. Dialah kasih karunia gratis yang diberikan untuk penyelamatan manusia. Sebab Dia sendiri yang berkata “Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun dating kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Baca Yohanes 14 : 6). Jadi tanpa Yesus tak ada jalan keselamatan bagi manusia.
Mengapa saya katakan Yesus Kristus adalah “kasih karunia” itu? Seperti yang diuraikan di atas, kasih karunia adalah segala sesuatu yang tidak layak kita terima tapi kita dapatkan. Keselamatan yang dijanjikan lewat Yesus adalah kasih karunia itu sendiri.
Tapi anehnya, ada banyak orang mengenal Yesus Kristus sebagai nabi yang penuh mukjizat, sebagai nabi yang bisa menyembuhkan orang sakit, sebagai nabi yang bisa membangkitkan orang mati, bahkan mereka tahu bahwa Yesus Kristus atau Isa Al Masih atau Joshua Hamaziah adalah pengadil terakhir dunia ini, tapi toh mereka tidak percaya padaNya.
Itu artinya apa? Kasih karunia diberikan kepada semua orang, tapi tidak semua orang bisa menerima kasih karunia. Karena apa, karena kita kerap mengeraskan hati kita. Kita selalu mengacu pada pola pikir kita yang sangat terbatas. Tapi satu hal yang mungkin bisa mengubah pola pikir kita tentang Yesus, dengan bertanya siapa yang berhak mengadili manusia, selain Tuhan sendiri? Kalau demikian, masihkah kita menyia-nyiakan kasih karunia yang gratis itu. Tuhan Yesus Memberkati. (TW)

No comments: