Monday, 25 April 2016

Kebodohan Berulang Seorang Abraham

Nats : Kejadian 12 : 10 - 20 dan Kejadian 20 : 1 – 18

Hampir semua bangsa di dunia mengakui bahwa Abraham atau Ibrahim adalah tokoh yang sangat luar biasa. Dia sangat dikasihi Tuhan sehingga dia kemudian dipilih untuk menjadi “Bapak Orang Percaya”. Sebab dari buah perkawinannya dengan Sara, Abraham memiliki Ishak dan dari Ishak, Abraham mempunyai cucu bernama Yakub, yang kemudian berganti nama menjadi Israel.

Maka kemudian keturunannya dikenal sebagai bangsa Israel yang berasal dari “yes rael” yang berarti Allah Bergumul. Tapi dalam arti lebih luas, Israel identik dengan kita orang-orang percaya kepada Allah di dalam nama Yesus. Maka secara otomatis juga, “orang percaya” dianggap sebagai keturunan rohani dari Abraham.


Bicara soal Abraham, kita tentu ingat bahwa bapak segala bangsa ini sangat diurapi oleh Tuhan. Kita tak bisa menyangkal kalau Abraham sangat dikasihi oleh Tuhan karena ketaatannya. Lihat saja ketika dia diminta meninggalkan tanah kelahirannya, Ur Kasdim, Abraham melakukannya dengan suka cita. Bahkan ketika Tuhan memintanya mengorbankan Ishak, anak yang dinanti-nantikannya selama berpuluh tahun, dia juga melakukannya dengan kerelaan penuh.

Namun yang menarik, Alkitab kita juga tak pernah “membohongi” kita bahwa sebagai manusia, Abraham punya cacat dan cela. Bahkan Alkitab mencatat, Abraham melakukan kebodohan yang sama sebanyak dua kali. Kalau meminjam istilah orang duniawi, keledai saja tidak akan terjeblos dalam lubang yang sama dua kali, tapi Abraham yang seorang nabi masuk “lubang” yang sama sampai dua kali.

Dalam Kejadian 12 : 10 – 20, dikisahkan karena ketakutan orang-orang Mesir akan membunuhnya, maka Abraham mengorbankan isterinya Sarai (sebelum berganti nama jadi Sara) dengan mengakuinya sebagai adik. Akibatnya raja Mesir, Firaun menginginkan Sarai dan menukarnya dengan kambing domba bagi Abraham. Beruntung Allah mengingatkan Firaun sehingga “perzinahan” antara Sarai dan Firaun tak terjadi.

Tapi tampaknya, Abraham tak belajar dari pengalaman itu. Dia kembali mengulangi kebodohan yang sama. Kali ini Abraham menggadaikan Sarai kepada Abimelekh, raja Gerar. Abraham kembali menyatakan Sarai adalah adiknya, sehingga Abimelekh bermaksud mempersunting Sarai. Tapi lagi-lagi Tuhan mencegah Sarai ternoda oleh kebodohan Abraham ini (Lihat Kejadian 20 : 1 – 18).

Apa yang dilakukan oleh Abraham juga kerap kita lakukan. Kita sering sekali melakukan kebodohan demi kebodohan yang sama. Kita juga sering jatuh dalam “lubang” yang sama. Bahkan kalau lubang tempat jatuh itu kita rasakan enak, kita suka bilang “jatuh sekali lagi juga nggak apa-apa”. Toh Tuhan juga pasti akan ampuni kita. Kita pasti berpikir lihat saja Petrus atau Paulus, mereka melakukan kesalahan fatal, toh Tuhan juga ampuni.

Tapi kita tak bisa berpikir seperti itu, karena kita tidak tahu kapan waktunya Tuhan. Paulus dan Petrus mungkin sedang beruntung, karena ketika menyangkal dan membunuh pengikut Yesus, umurnya masih panjang sehingga masih sempat bertobat. Tapi apakah kita bisa tahu satu hari, satu jam atau satu detik ke depan. Bagaimana kalau kita tak pernah dapat kesempatan untuk bertobat, tentu menyesal pun sudah tak ada guna.

Jadi apakah kita akan mengulangi kesalahan yang dibuat Abraham. Kita pasti akan berkelit bahwa kita nggak pernah menggadaikan isteri seperti Abraham. Tapi kita lupa, kadang kita lupa bahwa kita sering menggadaikan iman kita demi wanita, uang atau jabatan.  Kalau itu memang pernah kita lakukan, biarlah itu kita jadikan masa lalu. Tapi yang terpenting kita tidak melakukan kesalahan serupa seperti Abraham mengulangi kesalahan dalam kasus Sara. Tuhan Yesus Memberkati. (TW)

No comments: