Nats : Lukas 13 : 6 - 9
Bagi para pencinta tanaman buah, satu-satunya tujuan mereka menanam pohon adalah ingin melihat pohon miliknya itu berbuah. Mereka akan bahagia kalau bisa melihat pohon kesayangannya menghasilkan buah yang baik. Ada kebanggaan, ada suka cita dan rasa puas yang mendalam bagi si penanam. Mereka akan merasa berhasil dalam merawat tanamannya.
Namun kalau tanaman itu sudah bertahun-tahun tidak berbuah, maka si pemilik pohon pastilah merasa kecewa, sedih bahkan marah pada pohon yang sudah dibeli dan ditanamnya itu. Terkadang ada dari antara kita karena kesal langsung menebang pohon tersebut dan mencampakkannya dalam bakaran sampah.
Ini juga yang ingin digambarkan Tuhan Yesus dalam perumpamaan tentang pohon Ara yang tidak berbuah pada kitab Lukas 13 : 6 – 9 ini. Tuhan ingin menggambarkan bahwa pohon-pohon yang tidak berbuah haruslah ditebang haruslah dipangkas.
Dalam bacaan kita kali ini, paling tidak kita bisa mempelajari 4 dasar penting dari perumpamanaan ini. Pertama mengenai pohon Ara, kedua mengenai pemilik kebun, ketiga tukang kebun dan yang terakhir adalah masa satu tahun yang diberikan Tuhan.
Hal pertama yang kita pelajari mengenai "pohon Ara", Yesus ingin memberikan kita gambaran bahwa pohon Ara adalah identik bangsa Israel, termasuk kita Israel-Israel baru. Pohon Ara ibarat manusia yang dipersiapkan Tuhan untuk berbuah (Lihat Galatia 5 : 22-23).
Mengapa Yesus memakai pohon Ara sebagai contoh? Tentu Yesus tidak serta merta asal mengambil sesuatu sebagai perumpamaan. Ada maksud mengapa Yesus mengambil pohon Ara sebagai bahan pelajaranNya.
Dalam tradisi Yahudi pohon Ara dianggap pohon yang suci, pohon yang penting. Mengapa? Karena setelah pohon Ara berumur 3 tahun, pohon Ara akan berbuah dan ketika berbuah selama 3 tahun buah pohon ini tidak boleh dipetik dan tidak boleh dimakan. Baru pada tahun keempat, buah pohon Ara ini dijadikan sebagai persembahan yang persembahan yang kudus (Lihat Imamat 19 : 23-25).
Itulah konteks pohon Ara dalam Perjanjian Lama. Itu sebabnya mengapa pohon Ara begitu “sakral” bagi bangsa Israel. Mereka tidak akan menebang pohon Ara secara sembarangan, kecuali ada alasan-alasan yang sangat kuat. Maka dalam konteks ayat pohon Ara ini, Tuhan seperti ingin menggambarkan bahwa Dia sangat mencintai manusia, Dia sebenarnya tidak mau menghukum manusia kecuali sudah sangat keterlaluan (tidak berbuah sama sekali).
Hal kedua yang dapat kita pelajari adalah tentang "pemilik kebun". Seperti juga pohon Ara, pemilik kebun juga ingin menggambarkan sosok Allah Bapa yang punya kuasa atas segala pohon yang ditanamNya. Dia bisa menentukan mana saja pohon yang akan dipertahankanNya dan mana pohon yang harus dipangkas atau bahkan ditebang.
Dia punya hak penuh untuk itu, tidak ada yang dapat menghalang-halangi kalau Dia menyatakan manusia yang ini tak dapat bagian dalam Kerajaan Surga dan manusia lain bisa memperoleh bagian, karena sebagai pohon Ara manusia, tak punya kekuasaan penuh untuk menentukan keselamatannya.
Hal ketiga yang kita pelajari adalah "si tukang kebun". Siapa si tukang kebun yang dimaksudkan dalam kisah ini. Dia adalah Yesus Kristus sendiri. Yesuslah si tukang kebun yang selalu memintakan waktu kepada Bapa, sang pemilik kebun. Yesus selalu meminta agar kita diberikan sebuah kesempatan lagi sampai kita sebagai orang-orang percaya benar-benar bisa berbuah. Yesus akan terus mengolah hati orang percaya seperti perumpamaan si tukang kebon yang meminta waktu bagi pohon Ara yang belum berbuah.
Kisah tentang masa tiga tahun pengembalaan Yesus kepada kaum Israel, adalah gambaran masa tiga tahun pohon Ara tidak berbuah. Dalam masa tiga tahun itu, bagaimana orang Israel, terutama kaum Farisi, Saduki dan Herodian berusaha untuk menentang Yesus. Mereka bahkan benci kepada Yesus karena ajaran-ajaranNya. Orang-orang Yahudi ini ingin membunuh Dia, padahal Yesus sebenarnya datang untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi ini.
Dan hal terakhir yang dapat kita pelajari adalah "masa satu tahun". Apa yang dimaksudkan perumpamaan ini tentang “masa satu tahun”, perumpamaan ini ingin membicarakan bahwa kesempatan yang Dia berikan itu ada masanya, ada batasnya. Waktunya Tuhan kepada kita sebagai manusia itu tidak lama, Dia berikan waktu selama kita masih hidup. Selama itulah kita masih diberikan kesempatan untuk bertobat. Kalau kita sudah mati, selesai pula masa satu tahun yang diberikan oleh Tuhan.
Jadi mulai sekarang jangan tunggu sampai batas waktu yang diberikan Tuhan pada kita selesai, jangan tunggu sampai kesempatan itu hilang. Sebab ketika kesempatan itu hilang, menyesal pun sudah tak ada guna lagi.
Jangan sampai kita seperti yang diutarakan kitab Matius 13 : 10 -13. Kita mendengar tapi tidak mendengar, kita melihat kita tidak melihat. Kita tidak mengerti apa yang Tuhan maksudkan dalam perumpamaan ini. Tuhan Yesus Memberkati! (TW)
No comments:
Post a Comment