Lukas 23 : 39 – 43
Dalam sebuah kelompok studi Alkitab, saya sempat berdiskusi mengenai kasih karunia atau grace yang Tuhan berikan kepada manusia. Dalam diskusi itu sempat terlontar pertanyaan mengapa hanya Yudas Iskariot yang tidak diselamatkan, sementara Petrus, Paulus dan Dismas (penjahat yang disalibkan di sebelah kanan Yesus –Red) diselamatkan?
Ada banyak sekali perdebatan yang muncul dalam studi itu, namun saat itu kami juga tak menemukan sebuah jawaban yang pas soal ini. Ada yang bilang bahwa dosa Yudas begitu besar karena telah menjual Yesus kepada para imam.
Tapi kemudian pendapat itu juga segera disanggah, karena toh, yang dilakukan Petrus dengan menyangkali Yesus sebanyak tiga kali juga tak kalah parah dengan apa yang dilakukan Yudas. Kondisi yang lebih parah malah dilakukan Paulus, dia tak hanya menyangkal dan menjual Yesus, tapi Paulus malah mengintimidasi dan membunuhi para pengikut Yesus. Sampai-sampai Yesus harus menemuinya dan berkata mengapa Paulus menganiaya diri-Nya, walau kenyataannya Paulus hanya menganiaya pengikut Yesus.
Lalu ada lagi yang berkomentar, bahwa Yudas tak selamat memang sudah begitu nasibnya. Yudas memang sudah ditakdirkan tidak selamat dari awal (teori predestinasi). Dalam teori ini, memang dijabarkan bahwa ada orang yang memang akan tetap selamat meski melakukan banyak dosa dan di sisi lain ada orang yang memang digariskan tidak selamat.
Kemudian dari forum yang sama sempat muncul pikiran bahwa kalau demikian Tuhan tidak adil dong? Satu bisa hidup leha-leha namun tetap selamat, sementara yang lain memperjuangkan keselamatannya tapi tetap juga tidak selamat. Akhirnya perdebatan berakhir dengan kesimpulan itu semua karena “kasih karunia”, tapi tetap saja ada yang merasa kurang puas termasuk saya.
Bagi saya pro dan kontra mengenai keselamatan ini sedikit tersibak setelah membaca kisah Dismas dan Gestas (dua penjahat yang berada di atas kayu salib bersama Yesus). Gestas yang berada di sebelah kiri dan Dismas ada di sebelah kanan. Konon kedua nama ini didapat dari kisah tradisi rakyat Yahudi (William P Saunders 2004).
Dalam kisah ini, diceritakan bagaimana Gestas yang ada di salib sebelah kiri Yesus, ikut mengolok-olok Yesus. Dia berkata, “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” (ayat 39). Apa yang dilakukan oleh Gestas ini adalah gambaran hidup kita yang selalu merespon Tuhan secara negatif. Doa tak terjawab marah, dikritik pedas tersinggung, ditegor ngambek dan sebagainya.
Kita kerap meresponi Tuhan dengan cara yang tidak benar, seperti juga Yudas merespon kesalahannya dengan cara bunuh diri. Gambaran respon penjahat di sebelah kiri inilah yang juga diambil Yudas Iskariot sehingga kemudian mereka jadi tidak selamat. Jadi jelas bukan karena Tuhan tidak adil.
Respon berbeda justru ditunjukkan oleh Dismas, yang meresponi kesalahannya secara luar biasa. Di akhir-akhir hidupnya, Dismas justru melakukan sebuah pertobatan alias berbalik kepada Tuhan. Dia tidak seperti Gestas yang ikut menghujat Yesus, tapi dia melakukan beberapa hal positif dalam meresponi sang Mesias. Paling tidak kita menemukan ada 3 respon positif yang ditunjukkan Dismas dalam pertobatannya.
Pertama, Dismas secara sadar mengakui kesalahannya. Dia sadar dirinya berdosa dan patut mendapatkan hukuman mati atas semua kejahatannya (ayat 40-41).
Kalau mau jujur, hal ini jarang sekali dilakukan oleh para pengikut Yesus saat ini. Karena kita selalu punya kencenderungan untuk menyalahkan orang lain, sama seperti Adam menyalahkan Tuhan yang memberikan Hawa pada dirinya dibandingkan menyalahkan dirinya senidiri (lihat kitab Kejadian pasal 3). Mencari “kambing hitam” adalah salah satu sifat dasar kita untuk menghindari sebuah tuduhan atas kesalahan kita.
Kedua, Dismas tidak mau terpengaruh oleh dunia yang menghakimi Yesus kala itu. Karena itu ketika dia melihat Gestas mengolok-olok Yesus dengan tegas dia menegur kawannya itu dengan mengatakan dirinya dan Gestas memang pantas dihukum mati karena kesalahannya, tapi Yesus tidak layak dihukum (lihat ayat 40-41).
Ada banyak kita sangatlah mudah untuk terpengaruh oleh dunia ini, sehingga kita kemudian dengan mudah “terperosok” dalam jeratan si jahat. Kita sudah tahu korupsi sama dengan mencuri dan itu dosa, tapi kadang kita terpengaruh lingkungan dan mengatakan hampir semua orang juga melakukan hal itu. Padahal dalam keadaan seperti itu, kita seharusnya tidak bisa berkompromi dengan dunia.
Dan yang terakhir, Dismas mau merendahkan dirinya dan mempercayai Yesus. Dia tidak berteriak-teriak untuk diselamatkan dari kayu salib, tapi dia justru meresponi dan mempercayai Tuhan Yesus secara luar biasa. Dia tahu bahwa Yesus bisa menyelamatkannya, maka dia hanya meminta Yesus untuk mengingat dirinya ketika Yesus sudah menjadi Raja. Dan ternyata hal itulah yang menyelamatkannya. Yesus sendiri yang kemudian menjanjikan Dismas masuk ke Taman Firdaus bersama-sama dengan Dia (ayat 42 - 43).
Firdaus sendiri berasal dari kata Persia, yang berarti taman milik raja yang diperuntukkan bagi tamu-tamu istimewa. Maka kemudian para penafsir Alkitab memperkirakan bahwa Dismas telah diselamatkan dan kini dia tinggal di Surga bersama Yesus. Dia selamat karena merespon Yesus secara tepat. Lalu bagaimana dengan kita? Tuhan Yesus Memberkati! (TW)
No comments:
Post a Comment