Wednesday, 23 March 2016

Farisi-farisi dalam Gereja

Nats : Markus 8 : 15

Secara etimologi, istilah Farisi diambil dari kata Ibrani “Paresh” yang berarti memisahkan diri atau mengasingkan diri. Atau ada juga yang mengambil kata Ibrani “Perusyim” yang juga memiliki arti kelompok terpisah.


Para ahli dan Teolog dunia, banyak menyimpulkan bahwa kaum Farisi diperkirakan muncul di zaman Babel. Ketika itu, ada sekelompok orang Yahudi yang merasa malu karena bangsa Yahudi sebagai umat pilihan Allah harus terbuang dan dihukum oleh kaum kafir.

Mereka beranggapan, “Kok, bangsa pilihan harus dihukum orang kafir?” Dari sanalah kemudian orang-orang saleh ini memutuskan untuk mengasingkan diri dan berusaha menjalankan hukum Taurat yang mereka junjung itu sesempurna mungkin agar tidak berbuat dosa.

Ketika orang-orang Israel telah kembali dari tanah pembuangan pun, kaum Farisi ini tetap taat menjalankan ibadah mereka dengan sungguh-sungguh, bahkan mereka jadi imam-imam kaum Israel. Mereka yang bisa menentukan tata ibadah yang benar, persembahan layak atau tidak layak dan berbagai aturan lainnya. Intinya mereka jadi kelompok yang cukup berpengaruh dalam kehidupan keagamaan kaum Israel sampai Yesus datang menepis semua ajaran mereka yang dianggap keliru.

Yesus sendiri bahkan pernah menyatakan kalau ibadah kita tidak seperti kaum Farisi, maka kita tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan surga. Luar biasa bukan pengaruh kaum Farisi ini?

Namun yang menarik mengapa kemudian Yesus kerap mengkritik apa yang diajarkan oleh kaum Farisi? Apa alasan Yesus sehingga Dia begitu gencar melontarkan kritik terhadap ragi atau ajaran kaum Farisi?

Paling tidak kita dapat mempelajari empat buah sifat kaum Farisi yang menjadi landasan kritik Yesus. Apa saja empat sifat itu, berikut adalah penjabarannya.

1.    Alasan pertama mengapa Yesus mengkritik kaum Farisi. Salah satu sifat orang Farisi adalah mereka kerap menyombongkan dirinya. Kaum ini selalu menganggap dirinya sebagai orang saleh, sementara orang lain adalah orang berdosa sehingga mereka tidak layak untuk bergaul dengan orang-orang berdosa.

Salah satu contoh kita bisa temui bagaimana perlakuan mereka terhadap para pemungut cukai atau seorang pelacur (Markus 2 : 16). Mereka begitu memandang hina orang-orang ini, padahal dalam setiap tingkah lakunya, Yesus selalu mengajarkan kita untuk mengasihi siapa pun, tanpa membedakan pekerjaan, suku, ras dan sebagainya.

2.    Alasan kedua, Yesus mengkritik kaum Farisi karena mereka dianggap sebagai kaum munafik. Karena kalau kita perhatikan, kaum Farisi cenderung mampu mengupas setiap Firman Tuhan dengan benar, tapi kemudian apakah mereka mampu melaksanakannya dengan benar juga?

Harus diakui bahwa apa yang mereka lakukan terkadang hanya ingin pamer saja, show off force, kepada orang lain untuk menunjukkan bahwa dia lebih suci atau lebih faham firman dibandingkan orang kebanyakan. Tapi pada kenyataannya tidak, maka Yesus mengkritik mereka dengan kisah “orang Samaria yang baik hati”. Selain Yesus, Yohanes pun pernah menghardik orang Farisi dengan ungkapan keras sebagai keturunan ular beludak (Matius 3 :7).

3.    Alasan ketiga mengapa kaum Farisi mendapat kritikan keras dari Yesus, karena kaum Farisi punya kecenderungan sebagai orang yang “gila hormat”. Apa yang mereka lakukan semata-mata demi mendapatkan pujian orang lain, bukan murni ingin menyenangkan hati Tuhan. Mereka tampil dan berdoa di mana-mana, di jalan-jalan bahkan gang-gang sempit. Tapi itu semua hanya demi dapat sanjungan manusia.

4.    Dan alasan yang terakhir mengapa Yesus mengkritik mereka, karena orang Farisi punya kecenderungan “anti terhadap kritik”. Sebab mereka segera merespon negatif setiap orang yang melontarkan kritik kepadanya, termasuk kritik dari Yesus sendiri.

Bagi mereka si pengeritik adalah musuh yang harus dihancurkan. Maka karena seringnya Yesus melontarkan kritik pedas kepada mereka, maka setiap ada kesempatan mereka ingin menjatuhkan Yesus. Bahkan mereka ingin sekali membunuh Yesus dalam setiap kesempatan yang mereka punya. Yang menarik, demi untuk membunuh Yesus mereka rela berkolaborasi dengan kaum Saduki dan Herodian, yang tak lain adalah musuh mereka secara politik dan ideology.

Setelah kita membahas keempat sifat orang Farisi tadi, marilah sekarang kita berkaca pada diri kita masing-masing, apakah keempat sifat itu ada dalam kehidupan kita bergereja? Atau ada dalam kehidupan kita di lingkungan keluarga, tetangga dan pekerjaan kita? Diakui atau tidak, terkadang kita juga kerap bertingkah laku seperti kaum Farisi.

Kita kerap melakukan segala sesuatu dengan kemunafikan kita, dengan kesombongan kita, bahkan kita juga punya kecenderungan bersifat gila hormat dan anti dengan kritik. Kita bisa menghancurkan siapa saja yang beseberangan dengan kita, bahkan tak jarang kita menyerang orang lain dengan firman-firman Tuhan.

Kalau sudah begitu, apalah bedanya kita sebagai murid Yesus dengan kaum Farisi yang dikritik keras oleh Yesus? Orang dunia akan mengatakan bahwa kita hanya 11-12 alias beti (beda-beda tipis) dengan orang Farisi.

Karena itu, sejak hari ini jauhkanlah sifat-sifat Farisi itu dalam kehidupan bergereja, pekerjaan atau lingkungan Saudara! Saudara harus menjadi terang bagi gereja, lingkungan dan keluarga saudara! Jangan jadikan orang lain sebagai musuh karena mereka berbeda, karena mereka hina! Haleluyah. Tuhan Yesus Memberkati!!

No comments: