Friday 8 April 2016

Tiga Pencobaan Ala Iblis

Nats : Matius 6 : 13

Sebagai orang Kristen, kita pasti tahu benar yang namanya “Doa Bapa Kami”. Bahkan tak cuma tahu, sebagian besar orang Kristen pastilah hafal soal Doa Bapa Kami ini. Bukan hanya orang dewasa tapi juga anak-anak sekolah minggu pun pasti hafal dengan doa ini.

Hanya saja, kita terkadang hanya sekadar hafal tapi tidak pernah mau mengerti mengapa doa ini diajarkan oleh Yesus kepada kita murid-muridNya. Dalam tulisan kali ini, saya akan coba menyoroti Doa Bapa Kami dari sudut pandang Matius 6 : 13.


Ayat itu berbunyi demikian, “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”

Coba kita akan lebih fokus membahas kalimat “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” ini. Sebelum lebih jauh membahas masalah “pencobaan” ini, ada baiknya kita belajar sedikit dari etimologi dalam bahasa aslinya dulu.
Kata “pencobaan” yang dipakai ini diambil dari kata “peirasmos” yang berarti pencobaan, dicobai, ujian yang merupakan kata benda. Sementara kata kerja dari “pencobaan” adalah ”peirazo” tapi artinya juga sama yakni pencobaan, dicobai atau ujian.

Kalau kita membaca kalimat tadi berulang-ulang, maka kita bisa merenungkan mengapa Yesus merasa begitu penting untuk mengajarkan kalimat ini dalam doa wajib yang Dia ajarkan? Mengapa kita harus meminta agar kita dihindarkan dari pencobaan? Menarik bukan?

Ketika saya membaca kalimat ini, saya menemukan sebuah sebuah korelasi yang sangat unik antara kata “pencobaan” dalam Doa Bapa Kami, kejatuhan Hawa dalam dosa (Kitab Kejadian 3) dan pencobaan iblis terhadap Yesus di padang gurun (Matius 4 : 1-11).

Dari ketiga variabel tersebut, saya bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya “pencobaan” itu berasal dari si jahat, yang kita kenal sebagai iblis atau satan (musuh) dan bukan berasal dari Tuhan. Dan kalau kita cermati pola-pola yang dipakai iblis untuk mencobai Hawa, Yesus dan kita saat ini adalah sebuah pola yang sama yakni “keinginan daging”, “keinginan mata” dan “kesombongan diri”.

Coba kita lihat dalam kitab Kejadian 3 : 6, di mana Hawa dicobai pertama dengan keinginan dagingnya bahwa “buah itu baik untuk dimakan”, kemudian Hawa dicobai oleh keinginan matanya yakni “buah pohon itu sedap kelihatannya” dan yang ketiga, Hawa dicobai dengan kesombongan diri yakni “pohon itu memberi pengertian dan kamu akan seperti Allah”. Lewat tiga pencobaan itu, akhirnya manusia jatuh ke dalam dosa.

Karena manusia sudah jatuh dalam dosa, maka Allah menjanjikan seorang Juruselamat agar manusia terhindar dari hukuman kekal seperti Iblis. Maka kemudian Yesus harus turun ke dunia untuk sama menjadi manusia dan mati di kayu salib dalam upaya menebus dosa-dosa manusia.

Ketika Yesus turun ke dunia, Dia pun mengalami pencobaan yang sama seperti Hawa dicobai. Dalam kitab Matius 4 : 1–11, jelas digambarkan bahwa pola pencobaan yang dilakukan iblis terhadap Yesus adalah pola yang sama dengan pola yang dipakai iblis ketika Hawa jatuh dalam dosa.

Mari kita lihat pelan-pelan bagaimana iblis mencobai Yesus dengan pola yang sama itu. Dalam kisah ini, iblis yang tahu bahwa Yesus lapar karena sedang berpuasa kemudian mencobai Yesus lewat keinginan dagingnya dengan mengatakan, “ubahlah batu menjadi roti”.

Lalu iblis juga mencobai Yesus dengan keinginan mata yakni dengan cara “memperlihatkan semua kerajaan dunia kepada Yesus”. Dan yang terakhir, dia mencobai Yesus dengan pola kesombongan yakni “jatuhkanlah dirimu dari Bait Allah karena malaikat pasti akan menatang Engkau”. Namun kali ini manusia yang diwakili oleh Yesus memenangkan “pertarungan” secara sempurna.

Iblis mencobai Hawa dan Yesus dengan cara sama, namun hasilnya berbeda. Dan Yesus pasti tahu bahwa iblis pun akan mencobai kita dengan pola yang sama juga yakni  “keinginan daging”, “keinginan mata” dan “kesombongan diri”, maka untuk menghindarkan manusia dari kejatuhan yang sama seperti Hawa, kita diajarkan meminta agar terhindar dari “pencobaan iblis”.

Melalui kalimat, “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat”, berarti kita akan meminta kekuatan dari Tuhan agar bisa melepaskan diri dari jeratan iblis seperti Yesus telah berhasil mengalahkan si iblis.

Karena Yesus telah menang di kayu salib, maka sebagai anak-anakNya, kita pun harus berusaha mengalahkan iblis dengan cara yang sama. Tuhan Yesus Memberkati! (TW)

No comments: