Wednesday 6 April 2016

Kesenangan yang Sia-sia

Nats : Pengkotbah 11  : 9 – 10 dan Pengkotbah 12 : 1 – 7

Akhir-akhir ini dunia banyak menawarkan kesenangan demi kesenangan, bagi kaum muda maupun yang sudah berumur. Sehingga banyak kita temui orang-orang yang ada di sekitar terjebak dalam kesenangan-kesenangan yang bersifat fana.

Ada orang yang terikat pada games, ada yang terikat oleh aktivitas olahraga, terikat pada televisi, terikat pada rokok, terikat minuman keras, terikat narkoba, terikat seks  bebas, terikat pada hubungan sejenis dan sebagainya. Hingga akhirnya mereka lupa waktu, lupa makan dan lebih parah lagi lupa kepada Tuhannya.


Sebuah berita tentang seorang pemuda di Tiongkok karena keasyikan main games internet hingga lupa makan dan tidur yang akhirnya membuat dia menghembuskan nafas terakhir beberapa waktu lalu merupakan betapa terikatnya kita manusia pada “kesenangan sia-sia”.

Pengkotbah adalah anak Raja Daud. Ada beberapa penafsir yang mengungkapkan dia adalah Salomo. si raja terkaya dibandingkan raja lain, namun ada juga  yang mengatakan Pengkotbah bukan Salomo tapi anak Daud lain.

Namun satu hal yang pasti, dia adalah anak Daud dan sebagai anak raja dia pasti punya banyak kesempatan untuk dapat menikmati “surga dunia”. Sebagai anak raja dia bisa meminta saja kalau dia inginkan. Sebab kekuasaan dan harta ayahnya sangatlah besar saat itu, tapi toh dia tetap mengalami apa yang dinamakan kondisi membosankan. Kondisi di mana dia merasa hidupnya sia-sia.

Maka dalam Pengkotbah pasal 11 ayat 9, dia katakan silakan saja kalau kita ingin menyenangkan hati kita di masa muda. Silakan kita turuti apa yang menjadi “keinginan daging” kita di masa muda, hanya saja Pengkotbah mengingatkan bahwa apa yang kita lakukan itu akan membawa kita pada penghakimannya Tuhan.

Kata penghakiman di sini menggunakan kata Ibrani “mishpat” yang berarti keadilan, hukum, penghukuman, diadili dan sebagainya. Kata penghakiman sendiri dalam khasanah bahasa Indonesia kurang lebih berarti proses seseorang mengalami dirinya akan dihakimi berdasarkan sebuah hukum. Ujung dari sebuah penghakiman adalah vonis dari sang hakim.

Dalam kaitan dengan penghakiman di sini, tentu ujung-ujungnya adalah penghukuman kekal atau yang orang sering katakan sebagai neraka. Untuk nereka yang dimaksud, kitab Markus 9: 43-49 menjabarkan bahwa di tempat ini ulat-ulatnya tidak akan mati dan apinya tidak akan padam.

Sementara Matius 25:46 menjelaskan penghukuman sebagai berikut, "Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."

Lalu yang jadi pertanyaan bagaimana caranya agar kita bisa lolos dari penghakiman ini?

Saya melihat paling tidak ada 3 hal yang perlu dilakukan agar kita bisa menghindarkan diri dari penghakiman sesuai dengan bahan bacaan kita ini.
Pertama, untuk menghindarkan diri dari penghakiman, seorang manusia harus sadar bahwa hidupnya di dunia hanya sementara dan bersifat sia-sia. Menurut Pengkotbah 12 : 7, apapun alasannya seorang manusia pasti akan menghadap pada Sang Pencipta.
 
Kedua, untuk menghindarkan diri dari penghakiman, seorang manusia harus dapat merenungkan waktunya dengan baik. Kita jangan mempergunakan waktu kita untuk hal yang sia-sia. Lihat Pengkotbah 12 : 1.

Ketiga, untuk menghindarkan diri dari penghakiman, seorang manusia harus mengingat Tuhannya sejak usia muda sebelum terlambat. Kisah orang kaya dan Lazarus menjadikan sebuah contoh bagaimana kesenangan yang didapat si orang kaya hanya menjadikan hidup si orang kaya sia-sia. Karena si orang kaya tak pernah memikirkan siapa Tuhannya hingga akhirnya si orang kaya masuk dalam lembah kekelaman di akhir hidupnya. Tapi Lazarus yang dipandang hina oleh dunia malah duduk di pangkuan Abraham.

Jadi mulai sekarang marilah kita pergunakan waktu kita dengan baik dan jangan habiskan waktu untuk hal yang sia-sia. Tuhan Yesus Memberkati! (TW)

No comments: