Thursday 28 July 2016

Yesus Satu-satunya Jalan ke Surga



Nats : Yohanes 14 : 6

Bicara soal surga, ada banyak orang yang begitu fasih mengungkapkan tentang surga. Ada yang bicara soal keindahannya, dan ada yang bicara soal kesempurnaan di sana. Ada yang bicara soal betapa mulianya tempat itu. Karena begitu luar biasanya surga, maka ada banyak agama yang mengajarkan manusia untuk bisa menuju surga.

Ada yang mengajarkan kita untuk berbuat amal sebanyak-banyaknya. Dalilnya di surga nanti akan ditimbang antara amal dan dosa kita. Kalau amalnya lebih banyak maka kita akan masuk surga, sementara kalau dosanya lebih banyak kita akan masuk neraka.  Tapi yang jadi pertanyaan, bagaimana kalau antara dosa dan pahalanya seimbang? Orang ini akan masuk ke mana, surga atau neraka? Tak ada kepastian soal itu.


Ada juga ajaran yang berpendapat neraka tidak ada, adanya hanya surga. Akibatnya yang tidak masuk surga akan tetap di dunia. Terus berinkarnasi sampai dia layak masuk surga. Masalahnya kemudian sampai kapan? Juga tak ada penjelasan yang pasti.

Agak bingung juga menjelaskan persoalan jalan masuk surga ini. Bahkan dalam beberapa perbincangan, masalah cara masuk dalam Kerajaan Surga ini bisa jadi sebuah polemik yang panjang dan melelahkan.

Kalau sudah demikian, adakah jalan yang lebih pasti untuk menuju Kerajaan Surga? Untuk pertanyaan ini, saya jawab ada. Jalan yang pasti itu ada dalam bahan bacaan kita, Yohanes 14 : 6 yang berbunyi, “kata Yesus kepadanya, Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

Jawaban ini diberikan Yesus kepada muridNya Thomas yang masih tidak percaya meskipun sudah beberapa tahun ikut dengan Yesus.  Dalam kisah ini, Yesus ingin menjelaskan bahwa diriNya adalah “jalan” itu.

Mengapa Yesus menyatakan diriNya sebagai “jalan”, sebagai “kebenaran” dan juga “hidup”? Hal ini dilakukan karena Yesus ini menjawab tiga hal paling penting dalam tradisi Yahudi. Dalam tradisi bangsa Israel, masalah “jalan, kebenaran dan kehidupan” adalah sebuah persoalan hakiki yang harus terpenuhi. Bangsa Yahudi merasa betapa pentingnya fungsi sebuah “jalan”. Bagi kaum Yahudi, makna jalan adalah sebuah petunjuk menuju arah yang benar, yang ujung-ujungnya mencapai kehidupan kekal.

Betapa pentingnya makna “jalan” ini, sehingga kita bisa dengan mudah menemukan beberapa ayat dalam Perjanjian Lama yang memakai kata “jalan” sebagai landasan.

Seperti dalam kitab Ulangan 5 : 32-33 yang berbunyi, “Maka lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri. Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, haruslah kamu jalani, supaya kamu hidup, dan baik keadaanmu, serta lanjut umurmu di negeri yang akan kamu duduki”.
Atau dalam Kitab Mazmur 27 : 11 yang berbunyi “Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku.”  Dalam dua ayat ini jelas, konsep “jalan” sangatlah penting bagi kaum Yahudi dan terus dipertahankan hingga hari ini.

Konsep ini juga yang diyakini oleh murid-murid Yesus, yang kemudian dikenal sebagai umat Kristen. Dan yang menarik, konsep tentang “jalan” ini juga melekat di kalangan kaum lain termasuk kaum muslim. Bahkan mereka pun mengungkapkan sosok Yesus atau Isa Almasih sebagai “jalan yang lurus” atau “jalan yang benar”.

Sedangkan kata kebenaran dalam bahasa Yunani yang dipakai dalam kalimat ini adalah “Alethea” yang berarti sebuah kebenaran yang sangat benar alias kebenaran yang hakiki. Yesus ingin menggambarkan bahwa diriNya yang adalah kebenaran di atas segala kebenaran.  Sehingga Yesus tak akan pernah berdusta, karena Dialah sang kebenaran itu sendiri. Kebenaran untuk apa? Kebenaran menuju kehidupan kekal di surga.

Apa buktinya? Tak ada satu orang nabi pun di dunia yang berani mengklaim bahwa seseorang bisa masuk Kerajaan Surga jika tidak melalui dirinya. Semua nabi yang pernah ada hanya mengajarkan hidup benar, hidup kudus, taati perintah Tuhan dan sebagainya. Tapi mereka tak berani mengklaim kalau ikut mereka, kita pasti diselamatkan.

Mengapa para nabi tak berani mengklaim “keselamatan” atau “hidup yang kekal” itu? Yak arena mereka bukan Tuhan, mereka hanya manusia biasa sama seperti kita. Hanya Tuhan yang berani mengklaim sebuah “jalan keselamatan” untuk menuju Kerajaan Surga.

Tapi Yesus berani mengklaim bahwa siapa saja yang bersedia mengakui diriNya sebagai Tuhan dan juruselamat, maka Dia menjamin semua orang bisa bertemu Bapa (Tuhan). Tempat Bapa ada di mana? Tempat Bapa ada di Surga. Jadi logikanya, siapa yang bisa menjamin seseorang bisa bertemu dengan Tuhan, selain Tuhan sendiri. (Baca ulasan tentang Yesus Kristus adalah Allah Bapa).

Lalu timbul pertanyaan, jadi hanya umat Kristen saja dong yang bisa masuk Kerajaan Surga? Mohon maaf, saya harus katakan tidak. Semua orang di dunia punya hak yang sama untuk masuk Kerajaan Surga. Karena Yesus memang datang tak membawa agama. Dia datang membawa “kabar baik” bagi semua manusia.

Sekali lagi ingat, ayat ini tak melulu bicara soal keselamatan bagi orang-orang Kristen. Ayat ini bicara soal keselamatan dunia. Ayat ini bicara soal kasih karunia Tuhan kepada umatNya. Karena Yesus datang bukan untuk menyelamatkan orang yang kudus, tapi Dia justru datang bagi orang berdosa. Orang non-kristen pun saya yakini bisa masuk dalam Kerajaan Surga, asalkan mereka mau mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Tuhan Yesus Memberkati. (TW)

1 comment: