Thursday 7 April 2016

Mengapa Manusia Diciptakan di Hari Terakhir?


Nats : Kejadian 1 : 26

Secara umum, orang berpandangan bahwa manusia dibentuk berdasarkan teori evolusi yang ditulis Darwin dalam buku The Origin of Species (1859) dan kemudian dipersempit lagi dalam buku The Descent of Man (1871). Dalam teori itu, intinya dikatakan bahwa manusia yang sekarang ada merupakan hasil evolusi dari kera dan terus berevolusi hingga menjadi manusia yang sempurna.

Namun anehnya, teori yang sempat bertahan selama beberapa abad ini justru telah terbantahkan oleh teori-teori ilmiah lain. Teori Gregor Mendel, misalnya, membantah teori Darwin bahwa hukum penurunan sifat terhadap makhluk hidup berdasarkan seleksi alam tidak terjadi secara serta merta. Karena menurut Mendel, hubungan kekeluargaan justru punya pengaruh penting pada penurunan sifat makhluk selanjutnya. Selain itu, seleksi alam juga tak punya pengaruh signifikan kepada variasi/mutasi gen, sehingga teori Darwin pun terbantahkan.


Terlepas dari semua teori itu, akan lebih menarik kalau kita kemudian membahas apa alasan Tuhan menciptakan manusia pada hari terakhir. Kalau kita membaca Kitab Kerjadian 1 : 26 ini, maka kita paling tidak bisa melihat ada beberapa hal yang dapat dijadiakan alasan mengapa manusia diciptakan di hari terakhir.

Pertama, Allah sendiri yang punya inisiatif dalam penciptaan. Artinya Allah yang punya otoritas penuh dalam penciptaanNya. Tidak ada sama sekali inisiatif dari manusia dalam proses penciptaan ini. Sehingga, manusia bukanlah hasil proses pengembangan alami dari makhluk yang lebih rendah kesempurnaannya ke tingkatan yang lebih tinggi kesempurnaannya seperti teori Darwin, tapi manusia jelas diciptakan atas inisiatif.

Kedua, dalam proses penciptaan manusia, Allah sengaja ingin menempatkan manusia di atas makhluk lainnya, dengan mengatakan bahwa manusia sebagai segambar dan serupa dengan-Nya.

Dalam etimologi bahasa Ibrani, dua kata "tselem" (yang berarti gambar) dan “demuth” (rupa), sesungguhnya memiliki makna yang sama. Sehingga dalam penggunaannya tidak dipisah seperti istilah bahasa Indonesia, segambar dan serupa. Arti "tselem" (gambar) adalah suatu peta yang memiliki bentuk patron (model), jadi tinggal mengikuti. Sedangkan kata "demuth" berarti suatu gambar yang modelnya harus sesuai dengan bentuk yang pertama (dalam hal ini Allah).

Jadi segambar dan serupa ini bukan berarti bahwa manusia sama persis dengan Allah, tapi paling tidak manusia memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang hampir serupa dengan penciptanya. Perbedaannya hanya terletak bahwa manusia tidak hadir dengan sendirinya, tetapi memiliki sumber, yaitu Allah. Hal ini berarti manusia harus kembali dan bertanggung jawab kepada Allah.

Ketiga, manusia memang diistimewakan oleh Allah dalam penciptaannya. Adam dan Hawa sengaja diciptakan Allah dengan cara berbeda, karena Allah memang ingin mengangkat derajat manusia lebih tinggi dibandingkan makhluk lain. Bandingkan Kej 2 :7 dengan Kej 2 : 19. Dua ayat ini sama-sama menggambarkan bahwa manusia dan makhluk lain memang diciptakan dari debu tanah (adamah), namun ketika menciptakan manusia, Allah mengeluarkan “tenaga ekstra” dengan cara menghembuskan nafas kehidupan. Tapi makhluk lain hanya diciptakan lewat firman-Nya.

Penulis buku dan pendiri “Presbyterian Chapel", Matthew Henry menyatakan bahwa penciptaan manusia memanglah tergolong istimewa. Henry memberi catatan bahwa manusia memang sengaja diciptakan terakhir dari semua makhluk, agar tidak dicurigai “ia sudah menjadi penolong” bagi Allah dalam menciptakan dunia. Maksudnya, jika manusia ditempatkan pada hari pertama, maka ia pasti akan merasa bahwa dirinya “punya peranan” dalam penciptaan dunia.

Namun di sisi lain, Henry menyebutkan bahwa ada kemungkinan bahwa Allah telah memberikan suatu kehormatan dan kebaikan dalam upaya-Nya menciptakan manusia di hari terakhir. Sebab Allah sengaja merancang “istana sempurna” dan lengkap bagi manusia.

Keempat, manusia menjadi wakil Allah. Dalam kaitan Allah menciptakan manusia secara khusus, sesuai dengan gambar dan rupa-Nya, karena Allah punya maksud agar manusia meneruskan karya Allah di bumi ini (bukan berarti Allah berhenti berkarya). Karena manusia hanya diberi tugas dan kuasa untuk menjaga bumi dan segala makhluk yang ada di dalamnya. Sebagai wakil Allah, manusia harus tetap berkomunikasi dengan Allah sebagai penciptanya.

Yang kelima, justru menjadi bagian yang paling penting dalam sejarah penciptaan manusia, bahwa Allah menciptakan manusia untuk kemuliaan-Nya. Yesaya 43 : 7 yang berbunyi “semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!”

Maksudnya bukan berarti dengan menciptakan manusia, Allah minta disembah-sembah atau dipuji-puji karena dia kurang mulia. Sebab Allah tidak akan kurang mulia atau tidak akan kurang agung, meskipun manusia dan makhluk ciptaan lainnya tidak menyembah Dia. Sebab Dia tetap adalah Allah yang agung dan penuh kuasa.

Tapi dalam kaitan dengan masalah kemuliaan ini, sebenarnya Allah menciptakan manusia bukan dengan maksud untuk memperoleh kemuliaan, melainkan sebaliknya yaitu untuk menyatakan kemuliaan-Nya kepada manusia.

Teolog kenamaan Berkhof menyatakan bahwa tujuan paling utama Allah menciptakan manusia bukanlah untuk memperoleh kemuliaan, tetapi untuk memanifestasikan kemuliaan-Nya dalam buah pekerjaan-Nya. Jadi manusia diciptakan oleh Allah dengan maksud agar manusia dapat bersekutu dengan Allah dan mencerminkan kemuliaan-Nya di dunia. Dengan kata lain penciptaan itu merupakan tindakan Allah merealisasikan dan mengkomunikasikan kemuliaan-Nya. (TW)

No comments: