Tuesday 19 April 2016

Berbahagia dalam Kesulitan

Nats : Yakobus 1 : 12

Bacaan kita dalam Yakobus 1 : 12 yang berbunyi “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia”. Mungkin apa yang dituangkan Yakobus ini mustahil untuk bisa kita lakukan.

Apalagi jika kita berpikir dengan cara “orang dunia”. Sebab mana mungkin ada orang yang senang kalau dirinya masuk dalam kesulitan. Tapi kalau kita berpikir dengan logikanya Tuhan tentu kita tak akan membantah dalil ini.


Dalam ayat ini saya akan mengambil empat kata yang menarik dari ayat ini dan kita coba membahasnya satu persatu. Pertama adalah kata “berbahagia”, kedua adalah kata “bertahan”, “pencobaan”, “tahan uji” serta makhota kehidupan. Berikut uraian yang akan saya berikan.

Kata berbahagia diambil dari kata Yunani, Makarios yang berarti berbahagia, diberkati atau beruntung. Dalam konteks ayat ini, saya menyimpulkan bahwa orang yang berbahagia adalah orang-orang yang diberkati Tuhan. Diberkati di sini tak melulu bicara soal materi, tapi diberkati juga bicara soal berkat perlindungan, berkat keluarga dan tentu juga berkat ekonomi.

Yang menarik kata “diberkati” atau “blessed” dalam King James Version terjemahan bahasa Inggrisnya digunakan kata “more than” atau lebih dalam bahasa Indonesia. Jadi orang yang diberkati tak hanya sekadar bahagia, tapi bisa diartikan lebih bahagia, lebih kaya, lebih pandai dan sebagainya.

Tapi ingat seperti yang saya katakan di awal, bahwa dalam hal ini kita harus memakai “cara pikirnya” Tuhan, bukan cara pikir kita sebagai manusia. Orang yang diberkati pastilah tidak akan iri dengan orang lain karena dia punya nilai lebih tadi.

Kata kedua yang menarik kita bahas adalah kata “bertahan”. Kata ini diambil dari bahasa Yunani, Hupomeno yang artinya kurang lebih bertahan, bertekun dan sabar menanggung. Jadi berbahagialah orang yang bertahan bicara soal ketekunan kita sebagai hambanya.

Orang yang bertekun berarti orang yang rajin (bukan pemalas) dan dia juga orang yang sabar. Bertahan di sini berarti kita mampu melakukan penguasaan atau pengekangan ataupun pengendalian diri. Jadi tidak bisa kita bilang “kita mampu bertahan”, tapi kita kerjanya menggerutu/mengomel tentang suatu hal seperti bangsa Israel bersungut-sungut kepada Musa. Ingat karena bersungut itulah kemudian bangsa Israel generasi Musa ini tak pernah masuk dalam Tanah Perjanjian.

Kata ketiga yang akan kita bahas adalah kata penguasaan atau pencobaan.  Dalam tulisan saya terdahulu tentang Tiga Pencobaan Ala Iblis, saya sudah menjelaskan kata pencobaan diambil dari kata “peirasmos” yang berarti pencobaan, dicobai, ujian yang merupakan kata benda. Sementara kata kerja dari “pencobaan” adalah ”peirazo”, tapi artinya juga sama yakni pencobaan, dicobai atau ujian.

Dalam tulisan itu, saya ingin menjelaskan bahwa Hawa diuji oleh keinginan mata, keinginan daging dan kesombongannya hingga akhirnya dia jatuh dalam dosa. Tapi Yesus datang ke dunia untuk mengalahkan “ketiga tantangan iblis” tadi dan nyatanya Yesus berhasil.

Kalau bicara soal pencobaan, kita selalu cenderung berorientasi bahwa orang-orang yang dicobai akan mirip seperti kisah Ayub yang jatuh “miskin”. Jadi kita akan selalu memantek pendapat bahwa “kemiskinan” adalah salah satu bentuk pencobaan.

Tapi orang juga terkadang lupa bahwa “kaya” juga merupakan sebuah pencobaan. Ada banyak orang Kristen yang mampu melewati ujian ketika dirinya miskin, tapi kalau dia “kaya” maka dia bisa lupa segalanya, bahkan terhadap Tuhan penciptanya. Maka kemudian banyak kita dengar bahwa ada orang Kristen yang “murtad”.

Dalam konteks bacaan ini, kita bisa lihat bagaimana seorang Yakobus tak hanya ingin orang terlepas atau masuk kategori “tahan uji” saja. Karena ternyata Yakobus menggunakan kata Yunani “Dokimos” dalam kata “tahan uji” yang bisa berarti tahan uji atau layak. Jadi pesannya, kita tak hanya tahan uji, tapi kita juga harus layak di mata Tuhan.

Dan yang terakhir jika kita sudah “layak” dan lulus dalam ujian, maka kita berhak mendapatkan makhota kehidupan. Bicara makhota kita tentu sadar bahwa makhota adalah sebuah symbol dari seorang raja, symbol dari seorang pemimpin, symbol dari kemuliaan. Jadi konteks mahkota kehidupan ini, berkaitan erat dengan kita merupakan para pewaris Kerajaan Allah. Ini bicara soal surga sebagai tempat kita bersemayam secara abadi bersama Tuhan.
Jadi marilah kita berlomba-lomba untuk segera hidup secara layak dari sekarang. Kalau masih ada masalah antara diri kita dengan orang lain marilah kita selesaikan secepatnya juga. Tuhan Yesus Memberkati! (TW)

No comments: