Saturday 9 April 2016

Penyembahan yang Benar

Kejadian 4 : 3 - 5

Kita tentu ingat bagaimana kisah Kain dan Habel. Dalam kisah ini Kain melakukan pembunuhan terhadap adiknya hanya gara-gara dia iri karena Tuhan mau menerima persembahan Habel sementara persembahan Kain diacuhkan.

Ketika sekolah minggu dulu, saya mendapatkan gambaran ringkas persembahan Kain ditolak karena dia hanya mempersembahkan hasil pertaniannya, sementara Habel mempersembahkan korban bakaran yang menyenangkan hati Tuhan.  Hal ini sama dengan kisah Kejadian 3 bahwa Tuhan menyembelih hewan untuk menutupi “ketelanjangan” manusia (Baca : Belajar dari Kejatuhan Adam). Konsep ini banyak tertanam dalam benak kaum awam seperti saya ini kala itu.


Tapi apakah memang benar alasannya seperti itu? Ternyata tidak juga, sebab kalau melihat kitab Kejadian dari proses penciptaan hingga zaman Kain-Habel, tidak pernah diceritakan bahwa Adam  dan Hawa  menyembelih hewan ternak untuk makan. Kalau membaca kitab Kejadian 3, konsep yang ditanamkan Tuhan kepada Adam jelaslah bahwa Adam dijadikan seorang petani. Sebab dengan mengutuk tanah (adamah), Adam dipaksa untuk bekerja keras mengolah tanah.

Jadi berdasarkan asumsi ini, pekerjaan Kain sebagai petani jelas adalah pekerjaan yang digariskan Tuhan kepada manusia saat itu. Apalagi di zaman itu belum ada konsep manusia menyembelih hewan, karena baru Tuhan yang melakukannya. Jadi jelas, persembahan Kain dalam bentuk hasil pertanian punya potensi menyukakan Tuhan jauh lebih baik dibandingkan Habel yang mempersembahkan ternak di zaman itu.

Apa yang membuat Tuhan tidak mau menerima persembahan Kain?  Kalau kita lihat Kejadian 4 ayat 3, kita jelas melihat bahwa Kain tidak sungguh-sungguh memberikan persembahannya. Di sana dikatakan bahwa Kain tidak memberikan persembahan yang terbaik, sementara pada ayat 4 kita bisa melihat bagaimana Habel mempersembahkan  korban persembahan dari anak sulung. Artinya Habel mempersembahkan hasil pertamanya kepada Tuhan dan itu artinya dia memberikan yang terbaik (Bandingkan dengan kisah Abraham mempersembahkan Ishak).

Dari kisah ini, kita bisa belajar untuk melakukan persembahan dan juga penyembahan yang terbaik bagi Tuhan. Sebelum kita lebih jauh bicara soal persembahan atau penyembahan yang baik itu, ada baiknya kita belajar soal kata yang dipakai soal penyembahan dalam Keluaran 20 : 3 – 4 ini.

Penyembahan dalam bahasa aslinya adalah shachah. Artinya kurang lebih sujud menyembah, sujud, menyembah , tunduklah, tunduk menyembah.
Lalu apa itu penyembahan dalam arti lebih dalam. Penyembahan adalah tanggapan/respon manusia atas apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Penyembahan harus kita lakukan karena kita adalah makhluk penyembah.
Kemudian muncul lagi pertanyaan mengapa manusia harus menyembah Tuhan?

Alasan pertama karena Allah adalah perancang kehidupan manusia (Lihat Kej 1 : 27). Di sana dikatakan bagaimana manusia dirancang Allah serupa dan segambar dengan Dia (Baca : Mengapa Manusia Diciptakan di Hari Pertama).

Bahkan Yeremia 1 : 5 menegaskan kita dirancang Allah sejak masih dalam kandungan ibu kita. Sementara Matius 21 : 16 mengatakan bahwa sejak masih bayi, manusia sudah dirancang untuk memuji Tuhan.

Alasan kedua, dengan menyembah Allah yang hidup kita memberi kuasa agar Allah mengatur semua hidup kita. Ingat, Tuhan yang mengatur, bukan kita yang mengatur. Berbeda dengan jika kita menyembah patung-patung, kita yang mengatur karena patung-patung dibuat menurut gambar manusia. Sementara Tuhan tidak bisa digambar oleh manusia. Itu sebabnya manusia bisa menghancurkan patung yang dia sembah, tapi manusia tidak bisa menghancurkan Tuhan.

Alasan ketiga, karena Allah kudus maka kita harus menyembah dengan kudus. Jika kita tidak menyembah Tuhan secara kudus, maka kita akan sama seperti Kain, yakni ditolak Tuhan. Hati Kain tidak kudus karena dia diliputi rasa iri kepada adiknya Habel (Kej 4 : 5).

Alasan keempat, kita telah ditebus oleh Yesus di atas kayu salib maka sebagai rasa syukur sudah selayaknya kita menyembah Dia yang rela mengorbankan segalanya buat kita.

Lalu bagaimana cara manusia bisa menyembah Tuhan dengan benar?

Langkah pertama adalah kenali siapa Tuhanmu, siapa Allahmu? Dengan mengetahui bahwa Yesus adalah penebus dan juruselamat manusia , maka kita tidak akan salah alamat. Kita tidak akan menyembah “tuhan-tuhan” lain, tapi kita hanya menyembah Tuhan yang hidup yang kita kenal dalam nama Yesus  (Yoh 4 : 22).

Langkah kedua adalah kita harus punya motivasi benar. Dalam alasan kita menyembah pada poin ketiga dikatakan Allah itu kudus, jadi motivasi kita pun haruslah kudus.  Tuhan katakan kita harus menyembah dalam roh dan kebenaran, itu artinya kita harus menghampiri Dia secara sungguh-sungguh. Jangan kita menyembah karena ingin dipuji orang, jangan menyembah dengan setengah hati. Menyembah dalam roh berarti roh kita harus teguh, roh kita harus menyala-nyala (bersemangat). Sedangkan menyembah dalam kebenaran berarti harus ada keiklasan dan ketulusan.

Langkah ketiga adalah cara menyembah haruslah benar. Menyembah jangan main-main. Kita punya tangan, ya angkat tangan buat Tuhan. Kita punya mulut, ya puji Tuhan kita dengan mulut. Fokusnya harus benar, nyembah Tuhan, ya fokusnya harus ke Tuhan. Jangan nyembah pikirannya harus ke Tuhan, bukan nyembah masih colak-colek, nyembah tapi pikirannya ke bioskop, pikirannya ke makanan, games dan sebagainya.

Jadi marilah sekarang kita menyembah dan memberi persembahan dengan benar kepada Tuhan. Selamat menyembah, Tuhan Yesus Memberkati! (TW)

No comments: