Friday, 16 September 2016

Investasi Iman



Nats : Kejadian 22 : 5

Dalam dunia nyata saat ini, banyak orang yang terus berpikir bagaimana dapat berinvestasi yang menguntungkan dan efektif. Hampir setiap hari ada tawaran dunia mengenai sebuah investasi yang menguntungkan bagi kita.
“Dengan modal kecil Anda akan mendapatkan keuntungan puluhan kali lipat, bahkan ratusan kali lipat” begitu biasa celoteh para marketer di dunia investasi. Atau “dengan membeli rumah di sini, dalam jangka waktu tertentu harganya bisa naik 100-300 %”. Semua investasi yang ditawarkan intinya menjanjikan keuntungan luar biasa.

Ada juga yang mengatakan dengan jual barang A atau barang B dalam jangka waktu singkat Anda akan bisa mendapat income sekian juta dengan bonus-bonus menggiurkan di sebuah bisnis yang bernama multi level marketing (MLM). Tapi nyatanya, yang sukses di bisnis ini mungkin jumlahnya juga tak sefantastis promonya.

Seorang kawan cerita bahwa dirinya dapat mengembangkan uang Rp 5 - 10 juta akan menghasilkan Rp 2-3 juta per bulan dari bermain saham dan danareksa. Menurutnya, investasi di deposito kalah menggiurkan dari investasi saham ini. Bahkan dia bercerita kalau sedang beruntung, dalam sebulan dia bisa meraup keuntungan puluhan juta.

Hanya saja menurutnya dalam beberapa kesempatan saham-saham yang dia beli jeblok dan modalnya berikut puluhan juta uang yang dia sisihkan dari keuntungan “bermain saham” bablas. Sehingga segala usahanya harus dimulai dari awal lagi.

Berdasarkan beberapa contoh di atas, kita lihat bagaimana manusia terus berupaya untuk melakukan segala bentuk investasi. Mereka mencari dan mencari teknik investasi untuk menjamin masa depannya. Berbagai buku kiat-kiat investasi mereka buru, berbagai situs pembahas investasi mereka cari.

Tapi toh segala jurus investasi ini juga tak bisa menjanjikan keuntungan permanen, karena semua investasi yang ditawarkan dunia ini tetap beresiko, baik resiko kecil maupun resiko besar. Dalam dunia bisnis pasti kita sering mendengar istilah “high risk, high profit”, makin tinggi resiko makin besar keuntungan yang akan kita dapatkan.

Itu semua jelas adalah investasi yang ditawarkan oleh dunia. Itu semua kesuksesan yang ditawarkan oleh dunia. Lalu bagaimana dengan kesuksesan yang ditawarkan oleh Kerajaan Surga? Apakah investasi yang ditawarkan oleh Tuhan itu sifatnya juga sama dengan investasi dunia? Dalam arti apakah investasi surgawi itu beresiko seperti investasi duniawi?

Dalam Kejadian pasal 22 ini kita bisa melihat dengan jelas apa yang kita sebutkan sebagai investasi dari surga itu. Dalam kamus investasi Kerajaan Surga jelas tidak akan beresiko seperti investasi dunia ini. Kita banyak melihat ada banyak orang yang “menabur di ladang Tuhan” toh mereka tidak bangkrut, tapi justru semakin diberkati dan diberkati.

Mungkin di antara kita bilang, “saya tidak punya uang untuk ditabur di ladang Tuhan”. Bicara soal investasi Kerajaan Surga, kita tentu tak bicara soal uang. Karena sebesar apa pun uang yang Anda miliki, Tuhan tidak perlukan itu. Karena Dia adalah sosok yang super-super kaya. Dia tidak butuh uang, emas atau perak Anda. Yang Dia ingin Anda investasikan adalah hati Anda.

Kisah Abraham ini adalah salah satu bentuk investasi hati yang Tuhan inginkan dari kita semua. Tuhan ingin kita “berinvestasi iman” seperti yang Abraham lakukan. Dalam bisnis kita selalu menekankan kata “kepercayaan”, begitu juga “berbisnis” dengan Tuhan. Faktor kepercayaan (iman) kita harus penuh, nggak bisa setengah-setengah.

Sebagai Bapak Orang Percaya, Abraham mengajarkan kita bagaimana dia menginvestasikan imannya kepada Tuhan secara penuh. Dalam kisah Kejadian 22 ini digambarkan secara jelas bahwa Allah menguji iman Abraham dengan cara meminta Abraham menyerahkan anak sulungnya Ishak di bukit Moria.

Coba bayangkan bagaimana diri kita kalau mengalami seperti yang Abraham alami. Selama bertahun-tahun mendambakan seorang keturunan dan baru diberi Tuhan beberapa tahun, tiba-tiba diminta lagi? Kita pasti kecewa, kita pasti marah. Tapi Abraham tidak menunjukkan kekecewaan atau kemarahan itu. Abraham hanya percaya dan taat kepada perintah Allah.

Salah satu bukti kepercayaan Abraham bisa kita lihat dalam Kejadian 22 : 5 ini. Di sana dikatakan, kata Abraham kepada kedua bujangnya itu, “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini, aku berserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan bersembahyang, sesudah itu kami akan kembali kepadamu.”
Kalimat “sesudah itu kami akan kembali kepadamu” adalah bukti bahwa Abraham sungguh-sungguh beriman kepada Allah. Coba kita bahas di poin terakhir ayat ini, kita tahu bahwa perintah Tuhan kepada Abraham adalah mempersembahkan Ishak di Bukit Moria. Itu artinya Ishak akan disembelih. Ishak akan mati untuk menjadi korban bakaran. Jadi mana mungkin Ishak akan kembali dengannya setelah selesai bersembahyang. Tapi justru Abraham menginvestasikan imannya bahwa dia yakin Ishak akan kembali bersamanya.

Bukan hanya di ayat 5 ini saja, Abraham menginvestasikan imannya kepada Tuhan. Pada ayat 8 digambarkan bahwa ketika Ishak bertanya mengapa mereka tidak membawa kambing atau domba sebagai korban bakaran, Abraham dengan iman menyatakan bahwa Allah yang dia sembah pasti akan menyediakan korban bakaran itu.

Dalam dua ayat tadi, tentu Abraham bicara tak asal bicara. Karena dia pasti sedang menginvestasikan imannya itu pada Tuhan Allahnya. Abraham tidak sedang bertindak seperti manusia pada umumnya yang cenderung bersikap “untung-untungan”. Abraham hanya menyerahkan hatinya full untuk bergantung pada Tuhan.

Bukankah apa yang dilakukan Abraham ini juga diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridNya, termasuk kita. Tuhan Yesus katakan dalam Matius 6 : 33 bahwa kita harus mencari Kerajaan Allah dan kebenaranNya terlebih dahulu maka semuanya akan ditambahkan. Tapi kebanyakan dari kita berpikir bagaimana cara mendapatkan “semuanya akan ditambahkan”, padahal bagian kita adalah carilah dahulu Kerajaan Allah. Soal ditambahkan atau tidak, itu urusanNya Tuhan, itu kewenanganNya Tuhan.

Kita lihat atas investasi iman  yang ditanamkan Abraham, Tuhan kemudian menganugerahkan berkat bagi Abraham. Bahkan tak cuma berkat bagi Abraham saja, tapi berkat bagi bangsa-bangsa pun disalurkan melalui Abraham.

Marilah mulai sekarang kita belajar untuk tidak hitung-hitungan dengan Tuhan. Kita belajar investasikan iman kita bahwa Allah kita adalah Allah yang menyiapkan segalanya. Tuhan Yesus Memberkati. (TW)

No comments: