Wednesday 18 May 2016

Yesus Mengajarkan Kebencian?

Nats : Lukas 14 : 26

Judul di atas memang terkesan provokatif bagi sebagian besar umat Kristiani. Judul ini bermula ketika ada seorang rekan yang saya kenal dari jejaring social Facebook menanyakan hal ini berkaitan dengan kata-kata Yesus dalam Lukas 14 : 26.

Untuk lebih lengkap sebaiknya kita kutipkan ayat yang berasal dari perkataan Yesus ini agar kita bisa tahu makna sebenarnya. Berikut adalah kutipannya, "Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”


Sang kawan berasumsi bahwa kata “membenci” yang diucapkan Yesus itu adalah acuan bahwa dalam masa inkarnasiNya, Yesus telah mengajarkan kita untuk membenci orang tua, saudara, isteri, anak-anak bahkan diri kita sendiri. Dengan ayat ini, si kawan ingin menjelaskan bahwa apa yang diajarkan oleh Yesus itu adalah sebuah kebencian yang membabi buta.

Tapi benarkah Yesus mengajarkan kebencian seperti yang dikatakan oleh sang kawan. Sebelum lebih jauh membahas hal ini, ada baiknya kita melihat konteks bahasa asli dan mengapa Yesus sampai menyatakan hal itu.

Kata “membenci” dalam bahasa Indonesia berarti tidak suka atau merasa sangat tidak suka (tidak menyenangi). Bagaimana dengan konteks bahasa aslinya yakni bahasa Yunani? Kata “benci” yang dipakai dalam ayat ini diambil dari bahasa Yunani, “miseo” yang artinya membenci atau tidak mengacuhkan. Wah berarti benar dong Yesus mengajarkan soal kebencian itu?

Nanti dulu, kalau dalam konteks bahasa Indonesia dan bahasa Yunani harafiah seperti yang saya jabarkan di atas, tentu saja kita bisa berasumsi seperti itu. Tapi kita harus lebih dulu melihat konteks kata “benci” yang dipakai dalam ayat ini, sebab jika kita menyimpulkannya secara harafiah maka pengertian kita bisa berbahaya bagi orang yang mendengarnya. 

Sebelum kita buru-buru dalam mengambil kesimpulan, lebih baik kita melihat teks ayat ini dalam terjemahan bahasa Indonesia sehari-hari (BIS 1985), karena ayat ini  mungkin lebih jelas untuk mengungkapkan maksud dari ajaran Yesus ini. Adapun ayatnya berbunyi, “Kalau orang datang kepada-Ku, tetapi lebih mengasihi ibunya, bapaknya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, malah dirinya sendiri, ia tidak bisa menjadi pengikutKu.”

Dalam versi terjemahan bahasa sehari-hari ini, saya pikir apa yang menjadi dasar dari ucapan-ucapan Yesus tentang kata “benci” tadi jauh lebih jelas. Di sana dikatakan bahwa yang tak dapat menjadi pengikutNya adalah mereka yang lebih mencintai orang tuanya, isterinya atau anaknya daripada mencintai Tuhannya sendiri.

Jadi, Yesus tidak bicara bahwa kita harus membenci keluarga atau diri kita sendiri. Pesan yang terkandung dalam ayat ini jelas, hanya meminta kita mau mencintai dan menempatkan Tuhan di atas apapun juga.

Dalam kehidupan sehari-hari kita, haruslah diakui bahwa banyak hal yang sering kali membuat kita lebih mementingkan keluarga, uang atau bahkan agama yang kita anut. Tapi apakah mereka selalu menggantungkan hidup kita secara penuh kepada Tuhan? Jawabannya kebanyakan pasti tidak.

Contoh paling ekstrim adalah ketika kesulitan datang silih berganti dalam kehidupan kita, yang kita lakukan adalah marah, bersungut, mengancam serta menjauh dari Tuhan. Kita sering sekali mengultimatum Tuhan kita. “Kalau ini tidak dikabulkan, maka saya akan ……”

Begitu diputusin pacar, langsung patah hati. Langsung menyalahkan Tuhan, terus bilang, “Tuhan kok tega membiarkan pacarku diambil orang?” Atau tidak dapat jabatan langsung mengeluh, “Kok ikut Engkau membiarkan aku puluhan tahun hanya menjadi pejabatanbiasa, penghasilanku pun hanya pas-pasan bahkan kurang?” Dan langkah paling galau adalah meninggalkan Tuhan Yesus yang sangat mengasihi kita.

Yesus tahu benar bahwa setiap orang yang baik pasti mengasihi keluarganya, dan Yesus juga tidak menginginkan para pengikutNya jadi orang-orang tak bertanggung jawab dengan meninggalkan keluarga. Dia hanya memberi pengertian bahwa kita tidak boleh mengasihi apapun melebihi Kristus, sebagai juruselamat kita.

Melalui ayat ini, Yesus memberi peringatan bahwa kalau kita ingin mengikut Yesus, kita harus siap dibenci, harus siap dicaci, difitnah atau bahkan tidak dianggap oleh orang lain. Kalau iman kita tidak kuat, menghadapi hal-hal seperti itu, pastilah kita akan goyah dan Yesus tidak menghendaki itu.
Yesus meminta kita untuk siap melepaskan apa pun yang kita miliki demi mendapatkanNya.

Kalau kita cermati, ayat ini sebenarnya berkorelasi dengan ayat kitab Matius 6 : 33 yang berbunyi “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu!”

Itulah pesan yang ingin disampaikan Yesus melalui ajaran membenci keluargamu itu. Pelajaran tentang kisah tokoh Abraham merupakan contoh paling konkrit untuk menjabarkan ayat Lukas 14 :26 ini. Dalam kisah ini digambarkan bagaimana Abraham meninggalkan tanah kelahirannya Uhr Kasdim menuju tanah Kanaan.

Sekarang saya mau bertanya, apakah ketika disuruh Tuhan, Abraham bertanya dulu sama Tuhan, kalau aku pindah aku dapat fasilitas apa? Apakah Abraham minta mobil, tv, parabola atau sebagainya. Abraham tidak meminta bukan karena barang-barang itu tidak ada di masanya, tapi memang Abraham punya hati yang tulus untuk mau bergantung penuh pada yang mengutusnya (Lihat Kejadian 12 : 1-9). Dia tidak melakukan perintah Tuhan dengan pamrih, Abraham lakukan itu hanya untuk menyenangkan Tuhan.

Melalui ayat ini, kita sebenarnya diajarkan untuk memahami siapa sumber dari semua sumber berkat. Sehingga di kemudian hari kita tak lagi terpikat pada berkatNya, tapi kita hanya terpikat pada sumberNya yakni Allah yang kita kenal dalam nama Yesus Kristus. Tuhan Yesus Memberkati! (TW)

1 comment:

Christian Ministry Indonesia said...

Yesus ingin supaya Dia yang pertama, karena kalau DIA yang nomor 2 atau 3
bagaimana kita mau menjadi MuridNya? dalam konteks Murid Dia ingin
kita menempatkanNya diposisi Pertama.